Malam
ini saya ingin menulis artikel terkait isro’ mi’roj yang dialami oleh Baginda
Nabi Muhammad SAW. Isro’ mi’roj tersusun dari dua kata arab; isro’ dan mi’roj.
Isro’ adalah perjalanan dimalam hari dari Masjidil Harom ke Masjidil Aqsho.
Sedangkan mi’roj -yang berarti naik- adalah perjalanan dari Masjidil Aqsho
menuju sidrotul muntaha. Sidrotul muntaha sendiri merupakan ujung dari segala
mahluk. Jika seluruh mahluk diumpamakan sebagai bangunan bertingkat maka
sidrotul muntaha adalah lantai teratas.
Dalam
menanggapi kejadian spektakuler itu manusia terbagi menjadi dua. Ada yang
percaya dan ada yang tidak. Sejak dari zaman Nabi hingga sekarang selalu saja
begitu. Abu Bakar Ra merupakan salah satu contoh orang yang percaya yang pada
gilirannya beliau mendapat julukan dari Alloh sebagai Ash-shidiq. Artinya orang
yang percaya. Sedangkan Abu Jahal merupakan salah satu contoh yang tidak
percaya terhadap kejadian itu.
Saya
adalah salah satu dari miliyaran orang yang percaya. Namun saya memiliki teman
yang tidak percaya. Ia adalah teman SD sekaligus mitra saat cerdas cermat
bidang matematika antar SD se-kecamatan Pringsewu. Setelah lulus dari SMU ia
mendapatkan beasiswa kuliah di Eropa dan mengambil jurusan kimia. Sejak kuliah
di Eropa ia mulai tidak percaya terhadap kejadian isro’ mi’roj. Alasannya
adalah kejadian itu tidak masuk akal.
Bagaimana
mungkin Nabi Muhammad dapat melakukan perjalanan dengan jarak tempuh ribuan
kilometer hanya dalam waktu sekejap? Dengan apa ia melakukan hal itu? Lebih
dari itu -lanjutnya- diluar batas atmosfir terdapat gas beracun yang seandainya
dihirup oleh manusia niscaya ia akan mati seketika. Jika Nabi Muhammad
benar-benar melakukan perjalanan itu niscaya ia telah mati. Begitu katanya.
Artikel
ini sengaja saya tulis untuk menjelaskan -hususnya- kepada teman saya dan -
umumnya kepada mereka yang tidak percaya terhadap kejadian tersebut. Oleh
karena itu subtansi artikel ini adalah merupakan jawaban atas tiga pertanyaan
yang diajukan oelh teman saya. Dengan apa Nabi Muhammad SAW melakukan isro’
mi’roj? Mungkinkah jarak ribuan kilo dapat ditempuh hanya dalam waktu sekejap?
Mungkinkah beliau dapat selamat dari gas beracun yang berada diluar batas
atmosfir?
1.
Dengan Apa Nabi Muhammad SAW Melakukan Isro’ Mi’roj?
Buroq
adalah kendaraan yang digunakan oleh Nabi Muhammad SAW. Dalam kamus munawir,
buroq diartikan sebagai Fars mujanah (Kuda bersayap)1. Ia lebih tinggi dari
himar dan lebih rendah dari baghol.2 Di
sini kita tidak akan membahas masalah bentuk, tetapi kita akan membahas kecepatannya
dengan melihat arti kata buroq itu sendiri.
Buroq
berasal dari gerund بروقاatau برقاkemudian digunakan sebagai nama benda mengikuti
wazan فعال
sehingga menjadi براق yang artinya kilat. Setiap hal yang berkilat disebut Baariq.3
Dapat dipahami mengapa kendaraan yang digunakan oleh Nabi Muhammad SAW disebut
buroq? Sebab ia memiliki kecepatan kilat. Dengan kata lain ia memiliki
kecepatan cahaya yaitu ±300.000 km/detik.
Kepahaman
seperti ini sesuai dengan riwayat dalam Tafsir Ibn Katsir yang menjelaskan
tentang kecepatan buroq yaitu sejauh mata melihat. Seperti ketika kita
menggunakan senter. Kecepatan cahaya senter adalah sejauh pandangan mata. Jadi
dengan apa Nabi Muhammad SAW melakukan isro’ mi’roj? Jawabannya adalah beliau
melakukannya menggunakan sebuah kendaraan bernama buroq yang memiliki kecepatan
cahaya.
2.
Mungkinkah Jarak Ribuan Kilo Dapat Ditempuh Dalam Waktu Sekejap?
Sampai
saat ini -selain buroq- tidak ada kendaraan berkecepatan cahaya. Sehingga
orang-orang menganggap “mustahil” jarak ribuan kilo dapat ditempuh dalam waktu
sekejap. Akan tetapi kemustahilan itu tidak akan terjadi manakala ada kendaraan
yang memiliki kecepatan cahaya.
Buroq
memiliki kecepatan cahaya. Ia mampu menempuh jarak 300.000 km dalam satu detik.
Suatu kecepatan yang sangat luar biasa. Maka merupakan suatu hal yang sangat
masuk akal jika Nabi Muhammad SAW mampu menempuh jarak ribuan kilo hanya dalam
waktu sekejap. Ini bukan sihir dan juga bukan sulap. Melainkan fakta. Kita
dapat membuktikannya secara ilmiyah menggunakan ilmu matematika dan fisika.
a.
Bukti Matematis
Perjalanan
isro’ mi’roj dimulai dari pertengahan malam hingga sebelum subuh. Saya tidak
tahu secara pasti berapa jam waktu yang dibutuhan. Namun saya pernah mendengar
keterangan dari guru saya bahwa kejadian itu hanya membutuhkan waktu sa’atan.
Kebanyakan santri memaknai kata sa’atan sebagai waktu satu jam. Jadi katakanlah
kejadian itu hanya membutuhkan waktu satu jam atau 3600 detik.
Jarak
antara Masjidil Harom dan Masjidil Aqsho adalah sekitar 1233 km. Maka dengan
kecepatan cahaya (300.000 km/detik) buroq mampu menempuh jarak tersebut tidak
sampai satu detik. Dengan demikian ia masih memiliki waktu lebih dari 3599
detik untuk melakukan mi’roj dan segala kegiatan yang dilakukan oleh Nabi pada
saat itu.
Tetapi
kita tidak bisa membuktikannya secara matematis sebab kita tidak memiliki data
mengenai jarak yang ditempuh saat mi’roj. Oleh karena itu kita akan
membuktikannya secara fisika dengan meminjam hasil temuan Albert Einstein
tentang teori relativitas.
b.
Relativitas
Meskipun
teori ini masih dalam perdebatan dikalangan ilmuwan namun setidaknya sebagian
ilmuwan ada yang telah membuktikan kebenarannya. Studi tentang sinar kosmis
adalah merupakan pembuktian kebenaran teori ini. Didapati bahwa di antara
partikel-partikel sinar kosmis yang utama dengan inti-inti atom nitrogen dan
oksigen di lapisan atmosfer atas, jauh ribuan meter di atas permukaan bumi,
yaitu partikel Mu Meson (Muon), itu dapat mencapai permukaan bumi.
Padahal
muon ini memiliki paruh waktu sebesar dua mikro detik yang artinya dalam dua
per juta detik, setengah dari masa muon tersebut akan meleleh menjadi electron.
Dan dalam jangka waktu dua perjuta detik, satu partikel yang bergerak dengan
kecepatan cahaya sekalipun paling-paling hanya dapat mencapai jarak 600 m.
Padahal jarak ketinggian atmosfer dimana muon terbentuk, dari permukaan bumi
adalah 20.000 m yang mana dengan kecepatan cahaya dapat dicapai dalam jangka
minimal 66 mikro detik.
Lalu
bagaimana muon dapat melewati kemustahilan itu? ternyata selama bergerak dengan
kecepatannya yang sangat tinggi -mendekati kecepatan cahaya- partikel muon
mengalami efek sebagaimana diterangkan teori relativitas yaitu perlambatan
waktu.
Teori
relativitas membahas mengenai struktur ruang dan waktu serta mengenai hal-hal
yang berhubungan dengan gravitasi.
Diterangkan
bahwa perbandingan nilai kecepatan suatu benda dengan kecepatan cahaya akan
berpengaruh pada keadaan benda tersebut. Semakin dekat nilai kecepatan suatu
benda dengan kecepatan cahaya maka semakin besar efek yang dialaminya yaitu
perlambatan waktu. Ketika kecepatan benda menyamai kecepatan cahaya, maka benda
itupun sampai pada satu keadaan nol. Dan jika kecepatan benda itu melebehi
kecepatan cahaya maka keadaan akan berubah. Efek yang dialami bukan lagi
perlambatan waktu namun sebaliknya waktu menjadi mundur.
Buroq
memiliki kecepatan cahaya sehingga saat isro’ mi’roj, Nabi Muhammad SAW berada
pada titik nol. Artinya beliau tidak terpengaruhi oleh ruang waktu. Maka
merupakan suatu kesalahan jika pengalaman yang spektakuler itu dikatakan tidak
masuk akal. Kemustahilan itu hanya bagi mereka yang berada dalam ruang waktu dan
yang terpengaruhi oleh waktu. Tetapi tidak bagi mereka yang menaiki kendaraan
dengan kecepatan cahaya.
Jadi,
mungkinkah jarak ribuan mil dapat ditempuh dalam waktu sekejap? Jawabannya
adalah “mungkin” jika jarak itu ditempuh menggunakan kendaran dengan kecepatan
cahaya, dan Nabi Muhammad SAW melakukan isro’ mi’roj menggunakan kendaraan
berkecepatan cahaya.
3.
Mungkinkah Nabi Muhammad Dapat Selamat Dari Gas Beracun Yang Berada Di Luar
Batas Atmosfer?
Sebenarnya
keterangan dari para Kyai dan Ulama sudah lebih dari cukup untuk menjawab
pertanyaan tersebut. Kata mereka hal itu sangat mungkin. Sebab dalam perjalanan
itu Nabi Muhammad SAW tidak melakukannya dengan keinginannya sendiri. Melainkan
beliau diundang oleh Alloh SWT. Perjalanan itu atas izin Alloh sehingga Alloh
mempersiapkan segala sesuatunya agar perjalanan itu sukses dengan waktu sekejap
tanpa ada halangan yang menghabat perjalanan itu, termasuk gangguan gas
beracun.
Alloh
mampu membuat gas itu beracun. Tentu saja Dia mampu menetralisir racun tersebut
ketika Nabi Muhammad SAW melewatinya. Meskipun Nabi menghirup gas tersebut
beliau tidak akan mati. Begitu keterangan para Kyai dan Ulama. Saya percaya dan
puas terhadap keterangan yang mereka berikan. Tapi ternyata keterangan itu
belum memuaskan orang-orang yang ingkar.
Apapun
itu yang jelas kita semua tahu perjalanan itu menggunakan kendaraan
berkecepatan cahaya. Kita tidak bisa merasakan bagaimana kecepatan kendaraan itu.
Namun kita dapat memikirkannya. Kita dapat melihatnya dengan menggunakan
senter. Kita arahkan senter ke suatu arah kemudian kita nyalakan senter
tersebut. Maka cahayanya akan sampai ke jarak yang sangat jauh dalam waktu
sekejap. Bayangkan seandainya kita menaiki kendaraan dengan kecepatan seperti
itu. Mungkinkah kita memiliki kesempatan untuk menghirup aroma yang kita
lewati? Jawabannya adalah “Tidak Mungkin.”
Maka
mungkinkah Nabi Muhammad SAW dapat selamat dari gas beracun yang berada diluar
batas atmosfer? Jawabannya adalah “mungkin” dan ini sangat masuk akal. Sebab
beliau menggunakan kendaraan berkecepatan cahaya. Mustahil beliau sempat
menghirup gas beracun yang ada di luar batas atmosfer. Oleh karena itu wajar
saja bila beliau tidak mati.
4.
Kesimpulan
Sebagaimana
yang telah tampak secara nyata bahwa kejadian spektakuler yang dialami oleh
Nabi Muhammad SAW saat isro’ mi’roj adalah benar-benar terjadi dan sangat masuk
akal. Sebab perjalanan itu menggunakan kendaraan berkecepatan cahaya yang dapat
menempuh jarak ribuan kilo dalam waktu sekejap. Lebih dari itu suatu benda yang
telah mencapai kecepatan cahaya akan berada pada titik nol. Artinya ia tidak
berada didalam ruang waktu sehingga ia tidak terpengaruhi oleh waktu.
Maka
merupakan suatu hal yang sangat saintifis dan objektif manakala kita menerima
kebenaran kejadian spektakuler itu meskipun sampai saat ini manusia belum mampu
menciptakan kendaraan berkecepatan cahaya. Sangat tidak ilmiyah jika ketidak
mampuan ini dijadikan sebagai alasan untuk menolak adanya kendaraan
berkecepatan cahaya seperti buroq kemudian perjalanan isro’ mi’roj disebut
tidak masuk akal.
Justru
kejadian itu merupakan bukti bahwa kekuatan Tuhan di atas segalanya sekalipun
orang-orang atheis tidak mempercayai adanya Tuhan. Tidak peduli bagaimana
kebencian mereka terhadap Tuhan. Sebab sain tidak berdiri atas kebencian
melainkan atas objektifitas. Jika objektifitas telah hilang maka runtuhlah sain
sebagaimana ideology atheis yang pasti runtuh dan hancur lebur dengan Kekuatan Tuhan.
Wallohu a’lam.
Refrensi:
1.
Kamus Munawir. Hlm. 77
2.
Nurul Yaqin. Hlm. 69
3.
Mu’jam Mufrodati Al-Fazhil Qur’an hlm 53
4.
Tafsir Ibn Katsir. Juz 3 hlm. 3