Hadi Nijad
Assalamualaikum,
mau tanya hukumnya pinjam uang d bank seperti BCA, BNI, dll.
Jawab:
Pertama
kita harus tahu bahwa hukum berhutang adalah ja’iz (boleh). Mengenai hutang di
bank, saya tidak tahu praktek yang sebenarnya. Maklum saya tidak pernah hutang
sama bank. Namun dengar-dengar hutang di bank ada bunganya. Jadi yang menjadi
permasalahan disini adalah hutang yang berbunga. Untuk mengetahui hukumnya kita
harus mengetahui bagaimana akadnya?
a. Jika
bunga itu merupakan syarat mendapatkan hutangan yang ada dalam akad sebelum ada
ketetapan hutang maka hukumnya haram.
b. Jika
bunga tersebut tidak di syaratkan dalam akad baik melalui ucapan maupun tulisan
maka hukumnya boleh.
c. Jika
bunga itu telah menjadi kebiasaan walaupun tidak diucapkan saat akad maka ada
dua pendapat. Ada yang mengatakan haram dan ada yang mengatakan boleh.
Refrensi:
a. I’anah
At-Tholibin Juz 3 hlm 26 Bairut Darul Fikr.
ومن ربا الفضل ربا القرض جر نفعا
للمقرض غير نحو رهن لكن لايحرم عندنا إلا إذاشترط فى عقده
Diantara
riba fadl adalah riba hutang, yakni semua pinjaman yang memberikan manfaat
kepada sipeminjam kecuali seperti gadai. Menurut kita yang demikian itu tidak
haram kecuali disyaratkan dalam akad menghutangi.
b. Fathul
Mu’in dan I’anah Juz 3 hlm 64-66 Bairut Darul Fikr
وجاز لمقرض نفع يصل له من مقرض كرد
الزائد قدرا أو صفة والأجود فى الردئ بلا شرط فى العقد بل يسن ذلك لمقرض لقوله صلى
الله عليه وسلم إن خياركم أحسنكم قضاء. وأما القرض بشرط جر نفع لمقرض ففاسد اخبر
كل قرض جر منفعة فهو ربا. ومنه القرض لمن يستأجر ملكه أى مثلا بأكثر من قيمته لأجل
القرض إن وقع ذلك شرطا إذ هو حينئذ حرام إجماعا وإلا كره عند نا وحرم عند كثير من
العلماء.
Diperkenankan
bagi kreditur untuk memperoleh manfaat yang diberikan debitur seperti
pengembalian pinjaman yang lebih baik ukuran atau sifatnya, yang lebih bagus
dari barang yang dipinjamkan yang tidak disyaratkan dalam akad bahkan yang
demikian itu disunahkan bagi debitur karena sabda Nabi SAW: “Sebaik-baik kalian
adalah yang paling baik dalam membayar hutangnya.”
Sedangkan
pinjaman yang disertai syarat keuntungan bagi pihak yang meminjami maka
merupakan akad yang fasid karena hadits “Semua hutang yang menarik keuntungan
adalah riba”. Termasuk kategori ini adalah misalnya menghutangi orang yang
menyewa hartanya dengan harga lebih karena hutang tersebut, jika persewaan itu
menjadi syarat menghutangi, karena dalam kondisi seperti itu penghutangan
tersebut adalah haram secara ijma’. Namun bila tidak menjadi syarat maka
menurut kita hukumnya makruh dan menurut ulama banyak hukumnya haram.
c. Al-Asybah
Wannazho’ir hlm 67 Bairut Darul Fikr
لو جرت عادة المقترض برد أزيد مما
اقترض فهل ينزل منزلة الشرط فيحرم إقراضه وجهان أصحهما لا
Seandainya
berlaku adat yang mengharuskan peminjam mengembalikan barang yang lebih baik
dari yang dipinjamnya, maka apakah adat itu diposisikan sebagai syarat sehingga hukum menghutanginya haram? Dalam
kasus ini ada dua pendapat. Yang lebih shohih dari dua pendapat itu adalah tidak
diposisikan sebagai syarat. Wallohu a’lam.
4 comments:
mohon kesimpulannya kang:
1. apabila kita berhutang dibank,maka bank akan menyebutkan disurat perjanjian yg kita tanda tangani akan ada bunga, denda, dan tambahan bunga pd saat pelunasan sebelum jatuh tempo
2. apabila kita berhutang di bmt, dan pada saat itu terjadi akad bagi hasil sesuai kesepakatan kedua pihak mengenai bagi hasil dalam persentase. dan hal ini tidak melihat apakah usaha yg kita lakukan akan untung atau rugi, tp apabila ada kesulitan dalam cicilan pihak bmt akan melihat kesulitan tsb dgn kt lain pihak bmt tidak sak klek dlm menerapkan denda keterlambatan cicilan
3. apabila kita berhutang di bank/leasing dengan mengambil manfaat akan barang yang kita kredit, trs apabila terlambat dalam bembayar cicilan kita akan di denda
4. ada sebagian ulama yang membolehkan utang bank di bank kenvensional dengan alasan darurat/tdk ada yg meminjami.bagaimana menurut anda
sebelum dan sesudahnya assalamualaikum ...
matur nuwun
http://www.GetMonthlyPay.com/index.php?invite=11810
assalamu'alaikum sy mau tanya solusi berhutang tp tdk haram
Assalamualaikum...hukum bagi yang hutang bagaimana...apa haram.karena rata rata di bank selalu di sebutkan di depan perjanjian bunga 15persen pertahun
Post a Comment
Silahkan bertanya di kolom komentar di bawah ini