Telah
sama-sama kita ketahui bahwa Firanda dan wahabi pada umumnya sangat anti dengan
ta’wil. Jika Ibn Taimiyah dan Al-albani menyebut ta’wil sebagai tahrif atau
distorsi maka Firanda menyebut ta’wil sebagai penyimpangan zhohir hadits.
Ketika mengomentari ta’wil yang dilakukan oleh Ibn Faurok, Firanda berkata: “Oleh
karenanya mayoritas hadits-hadits yang menetapkan sifat-sifat Allah menurut
akal Ibnu Faurok tidak bisa diterima dzohirnya karena menunjukkan tasybiih,
karenanya iapun mentakwil/menyimpangkan dzohir hadits-hadits tersebut.”
Pada
artikel yang lalu kita telah jelaskan bahwa mereka yang menolak ta’wil adalah
aliran musyabihah yang menurut Ibn Burhan mereka adalah aliran bathil. Lihat
penjelasannya pada artikel Mafahim Yang Harus Di Luruskan IV (Seputar Ucapan Ibn Faurok, Jawaban Untuk Ustad Wahabi: Firanda)
Dalam
artikel itu kita juga jelaskan bahwa ta’wil merupakan metode yang diambil dari
sahabat Nabi SAW dan ulama salaf sholih. Berikut kita nukilkan ta’wil-ta’wil
yang mereka lakukan.
1.
Ibn
Abbas Ra.
Banyak
sekali riwayat dari Ibn Abbas Ra tentang ta’wil yang beliau lakukan terhadap
ayat-ayat mutasyabihat, di antaranya adalah: lafazhكرسى
dalam Al-baqoroh: 225, dita’wil dengan Ilmunya
Alloh.1 Lafazh أعين (beberapa mata) dalam Q.S. 11: 37 dita’wil dengan penglihatan
Alloh.2 Lafazh وجاء ربك (Tuhanmu datang) dalam Q.S. 89:22 dita’wil
dengan perintah dan kepastian Alloh.3
2.
Mujahid
dan As-Suddi.
Dua
ulama tafsir dari generasi tabi'in itu menta’wil lafazh جنب dalam 39:56 dengan
Perintah Alloh.4
3.
Sufyan
Ats-Tsauri dan Ibn Jarir.
Ibn
Jarir menta’wil lafazh استوى dalam 2; 29 dengan memiliki dan menguasai. Sedangkan Sufyan
Ats-Tsauri menta’wilnya dengan berkehendak menciptakan langit.5
4.
Imam
Malik
Beliau
menta’wil turunnya Tuhan pada tengah malam dalam sebauah hadits yang
diriwayatkan oleh Abu Huroiroh dengan turunnya perintah Alloh, bukan Alloh
bergerak dan berpindah dari satu tempat ke tempat lain atau dari atas ke bawah.6
5.
Imam
Ahmad Bin Hanbal.
Beliau
menta’wilkan kedatangan Tuhan dalam 89: 22 dengan datangnya pahala dari Tuhan.
Bukan datang dalam arti bergerak dan berpindah atau naik dan turun.7
Mereka
adalah ulama-ulama salaf dari generasi sahabat, tabi’in dan tabit tabi’in dan
mereka melakukan ta’wil. Firanda dan wahabi yang selalu ngaku sebagai pengikut
salaf paling anti terhadap ta’wil. Lalu bagaimana mereka berani mengklaim
sebagai salafiyiin?
Ketika
Ibn Faurok mengikuti ulama salaf dengan melakukan ta’wil dituduh telah
melakukan penyimpangan, maka ini merupakan sindirin Firanda terhadap ulama
salaf bahwa mereka telah melakukan penyimpangan. Begitukan Firanda?
Jelas sudah bahwa Firanda telah mencela metode salaf yang melakukan ta’wil. Jika ia dan wahabi lainnya masih bersikukuh memosisikan diri dalam barisan aliran musyabihah yang anti
ta’wil maka sekarang tolong jelaskan kepada saya arti kalimat يدالله dalam surat
Al-Fath:10
ان الذين يبايعونك انما يبايعون الله يد الله فوق أيديهم
Jelaskan
wahai Firanda!!!
Refrensi:
1.
Jami’
Bayan Fi Ta’wilil Qur’an, juz 5 hlm 399.
2.
Ma’alimut
Tanzil, juz 4 hlm 173
3.
Madarikut
Tanzil Wa Haqoiqut Ta’wil, juz 4 hlm 387
4.
Jami’ul
Bayan Fi Ta’wilil Quran, juz 23 hlm 554.
5.
Ibid
juz 21 hlm 314
6.
Siyarul
A’lam An-Nubala’, juz 8 hlm 105
7.
Al-bidayah
Wan Nihayah juz 10 hlm 361
0 comments:
Post a Comment
Silahkan bertanya di kolom komentar di bawah ini