Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

Monday, April 15, 2013

Mafahim Yang Harus Di Luruskan IV (Seputar Ucapan Ibn Faurok, Jawaban Untuk Ustad Wahabi: Firanda)


Dalam artikelnya Firanda menukil ucapan salah satu pengikut madzhab Asy’ari, Ibn Faurok . Kemudian ia mengomentari ucapan tersebut dan menyebutnya telah menyimpangkan ma’na zhohir hadits. Untuk lebih jelasnya, mari kita simak ucapan Ibn Faurok dan komentar Firanda, sebagai berikut:

Ibnu Faurok (wafat 406 H), ia telah menulis kitabnya "Musykil al-Hadits wa Bayaanuhu". Dalam buku tersebut terlalu banyak dalil-dalil wahyu yang ia takwil dengan makna menyimpang. Ia berkata di muqoddimah kitabnya tersebut : "Kami sebutkan dalam kitab tersebut hadits-hadits yang mashur yang diriwayatkan dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam yang dzohirnya mengesankan tasybiih (penyerupaan dengan makhluk-pen)" (Musykil, Al-Hadits Wa Bayanuhu, Tahqiq: Daniel Jimariah, cet Ma’had al-Faronsi, Li ad-Dirosah al-‘Arobiyah, Damasykus, hal 2)

Kemudian Firanda menyalahkan ucapan itu dan berkomentar: “Oleh karenanya mayoritas hadits-hadits yang menetapkan sifat-sifat Allah menurut akal Ibnu Faurok tidak bisa diterima dzohirnya karena menunjukkan tasybiih, karenanya iapun menta’wil/ menyimpangkan makna zhohir hadits.”

Jika anda membaca kitab tersebut maka anda akan berterimakasih kepada Ibn Faurok karena telah menjelaskan hadits-hadits sifat yang oleh mu’tazilah dan orang-orang kafir dianggap saling bertentangan. Ibn Faurok menjelaskan hadits-hadits itu sehingga jelas bahwa hadits itu tidak bertentangan. Cara yang beliau gunakan adalah dengan menta’wili hadits tersebut.

Firanda menyebut penta’wilan sebagai penyimpangan. Padahal cara yang digunakan oleh Ibn Faurok sama persis dengan yang dilakukan oleh Ulama salaf. Ibn Qutaibah ketika menjelaskan ayat-ayat Qur’an yang dianggap saling bertentangan oleh mu’tazilah dan orang-orang kafir juga menggunakan ta’wil. Untuk lebih jelasnya silahkan anda baca kitab “Ta’wilu Musykilil Qur’an” karya Ibn Qutaibah (Wafat 276 h)

Oleh karena Firanda tidak menukil hadits yang dia anggap disimpangkan oleh Ibn Faurok, maka saya tidak akan membahas subtansi kitab itu. Saya hanya akan membahas apa yang dipermasalahkan oleh Firanda, yaitu masalah ta’wil. Pikiran Firanda yang cupet menganggap ta’wil sebagai penyimpangan. Istilah lain yang digunakan oleh Utsaimin untuk menyebut ta’wil adalah tahrif. Jadi menurut wahabi ta’wil sama dengan tahrif atau distorsi atau penyimpangan.

Agar pembahasannya tidak rancu seperti otak wahabi yang dipenuhi dengan kerancuan, ada baiknya jika kita ketahui dulu makna ta’wil yang sebenarnya. Menurut Abu Ubaidah ta’wil dan tafsir memiliki makna yang sama. Hanya saja menurut Ar-Righib tafsir lebih umum ketimbang ta’wil. (DR. Sayyid Muhammad Bin Alawi Al-Maliki Al-Hasani, Zubdatl Itqon Fi ‘Ulumil Quran, hlm. 146)

Dengan demikian orang yang menganggap ta’wil sebagai tahrif dan penyimpangan sama artinya ia menganggap tafsir sebagai tahrif dan penyimpangan. Ketika Firanda mengatakan Ibn Faurok telah menyimpangkan hadits karena menta’wilkannya, ini merupakan sindiran bagi Ibn Katsir bahwa Ibn Katsir adalah penyimpang makna-makna Qur’an karena telah menafsirkan Qur’an. Ajibnya Firanda dan wahabi lainnya juga menggunakan tafsir Ibn Katsir. Alloh yahfazh!!!

Jika Firanda dan wahabi menganggap ta’wil sebagi tahrif dan penyimpangan, lalu bagaimana menurut Ulama ahlu sunah waljama’ah? Menurut Al-Hafizh Badruddin Az-Zarkasyi dan Asy-syaukani, ta’wil dan tafwidh merupakan metode salaf sholih dari generasi sahabat. Kata Az-Zarkasyi:

وقد اختلف الناس في الوارد منها أي المتشابهات في الأيات والأحاديث علي ثلاثة فرق : أحدها أنه لا مدخل للتأويل فيها بل تجرى علي ظاهرها ولانؤول شيأ منها وهم المشبهة . الثانية أن لها تأويلا ولكنا نمسك عنه مع تنزيه اعتقادنا عن الشبه والتعطيل ونقول لايعلمه إلا الله وهو قول السلف . والثالثة أنها مؤولة وأولوها علي ما يليق به . والأول باطل يعنى مذهب المشبهة والأخيران منقولان عن الصحابة

Artinya: “Para pakar berbeda pendapat tentang teks mutasyabihat dalam ayat-ayat Quran dan hadits menjadi tiga kelompok.

Pertama, kelompok yang berpendapat bahwa teks-teks tersebut tidak boleh dita’wil, tetapi diperlakukan dengan pengertian literalnya, dan kami tidak melakukan ta’wil apapun terhadapnya. Mereka adalah aliran musyabihah (faham yang menyerupakan Alloh dengan mahluk). Kedua, kelompok yang berpendapat bahwa teks-teks tersebut boleh dita’wil tetapi kami menghindar untuk melakukannya serta menyucikan keyakinan kami dari menyerupakan (Alloh dengan mahluk Nya) dan menafikan (sifat-sifat yang ada dalam teks-teks tersebut). Kami berkeyakinan bahwa ta’wil terhadap teks-teks tersebut hany Alloh yang mengetahui. Mereka adalah aliran salaf. Ketiga, kelompok yang berpandangan bahwa teks-teks tersebut harus dita’wil. Mereka menta’wilkannya sesuai dengan kesempurnaan dan kesucian Alloh.

Kelompok yang pertama yaitu aliran musyabihah adalah bathil. Sedangkan dua kelompok yang terahir dinukil dari sahabat Nabi SAW.”

Hal senada juga dikatakan oleh Al-Imam Muhammad Bin Ali Asy-Syaukani. Beliau adalah salah satu ulama yang oleh wahabi disebut sebagai pengikut salaf. Oleh karena itu wahabi mengidolakan beliau. Bagaimana komentar beliau mengenai ta’wil? Ternyata komentar beliau tidak berbeda dengan komentar Az-Zarkasi di atas. Kata Asy-syaukani:

الفصل الثانى فيما يدخله التأويل وهو قسمان أحدهما أغلب الفروع ولاخلاف في ذلك . والثانى الأصول كالعقائد وأصول الديانات وصفات البارى وجل . وقداختلفوا في هذا القسم علي ثلاثة مذاهب : الأول أنه لامدخل للتأويل فيها بل تجرى علي ظاهرها ولا يؤول شيء منها وهذا قول المشبهة والثانى أن لها تأويلا ولكنا نمسك عنه مع تنزيه اعتقادناعن التشبيه والتعطيل لقوله تعالى (وما يعلم تأويله إلا الله ) قال ابن برهان وهذا قول السلف . والمذهب الثالث أنها مؤولة قال ابن برهان والأول من هذه المذاهب باطل والأخران منقولان عن الصحابة ونقل هذا المذهب الثالث عن علي وابن مسعود وابن عباس وأم سلمة .
                       
Artinya: Bagian kedua tentang teks yang dapat dita’wil yaitu ada dua bagian. Pertama, teks yang berkaitan dengan furu’ yang sebagian besar memang dita’wil dan hal ini tidak diperselisihkan oleh kalangan ulama. Kedua, teks-teks yang berkaitan dengan ushul seperti aqidah dasar-dasar agama dan sifat-sifat Alloh.  Para pakar berbeda pendapat mengenai bagian kedua ini menjadi tiga aliran.

Pertama, kelompok yang berpendapat bahwa teks-teks tersebut tidak boleh dita’wil tetapi diperlakukan sesuai dengan pengertian literalnya dan tidak boleh melakukan ta’wil apapun terhadapnya. Mereka adalah aliran musyabihah (Aliran yang menyerupakan Alloh dengan mahluknya) Kedua, kelompok yang berandangan bahwa teks-teks tersebut boleh dita’wil tetapi kami menghindar untuk melakukannya serta mensucikan keyakinan kami dari menyerupakan (Alloh dengan mahluknya) dan menafikan (sifat-sifat yang ada dalam teks tersebut). Karena firman Alloh “tidak ada yang mengetahui ta’wilnya melainkan Alloh.” Ibn Burhan berkata: ini adalah pendapat ulama salaf. Ketiga, kelompok yang berpandangan bahwa teks-teks tersebut harus dita’wil.

Ibn Burhan berkata: madzhab yang pertama dari ketiga madzhab ini adalah pendapat yang BATIL. Sedangkan dua madzhab yang terahir dinukil dari sahabat Nabi SAW bahkan madzhab yang ketiga ini diriwayatkan dari Sayyidina Ali, Ibn Mas’ud, Ibn Abbas dan Umu salamah. (Irsyad Al-Fuhul Ila Tahqiq Min ‘Ilmil Ushul, hlm. 176).

Kesimpulannya, dalam menanggapi ayat dan hadits tentang sifat-sifat Alloh, apakah boleh dita’wil ataukah tidak? Maka dalam hal ini ada tiga pendapat. Pertama, tidak boleh dita’wil. Kedua, boleh dita’wil, ketiga harus dita’wil. Menurut Ibn Burhan, pendapat pertama adalah BATIL. Sedangkan pendapat kedua dan ketiga adalah dinukil dari sahabat.

Ibn Faurok menta’wil hadits terkait masalah sifat. Dengan demikian ia termasuk golongan yang ketiga yang dinukil dari sahabat. Sedangkan Firanda dan wahabi adalah golongan yang anti ta’wil. Maka jelas Firanda dan Wahabi termasuk aliran yang pertama, yaitu aliran musyabihah yang BATIL. Jadi siapa yang bathil? Firanda yang anti ta’wil ataukah Ibn Faurok yang menta’wil hadits sifat?

0 comments:

Post a Comment

Silahkan bertanya di kolom komentar di bawah ini

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Blogger Templates