Assalamualikum..!Minta penjelasan
masalah do’a qunut
Jawab:
Wa ‘alaikum salam.
Mengenai Doa Qunut, semua
ulama sepakat bahwa hukumnya sunah. Hanya saja mereka berbeda pendapat mengenai
tempatnya sebagaimana yang dijelaskan dalam kitab Bidayatul Mujtahid
Wanihayatul Muqtashid, sebagai berikut:
(المسئلة
التاسعة) اختلفوا في القنوت فذهب مالك الي أن القنوت في صلاة الصبح مستحب وذهب
الشافعي الي أنه سنة وذهب أبو حنيفة الي أنه لا يجوز القنوت في صلاة الصبح وأن
القنوت إنما موضعه الوتر
Artinya:
“(Masalah ke Sembilan): Para Ulama berbeda pendapat dalam masalah Doa Qunut.
Menurut Imam Malik, hukumnya mustahab (Sunah) di dalam sholat shubuh. Menurut
Imam Syafi’I hukumnya sunah. Menurut Abu Hanifah, Doa Qunut tidak
disunahkan dalam sholat shubuh. Adapun tempat Doa Qunut adalah dalam
sholat witir.”
Mengenai
sebab-sebab perbedaan pendapat itu adalah dalil yang mereka gunakan
berbeda-beda. Imam Malik dan Imam Syafi’I menggunakan riwayat yang menerangkan
bahwa Rosululloh SAW melakukan Doa Qunut dalam sholat shubuh. Sedangkan
Imam Abu Hanifah menggunakan riwayat bahwa Rosululloh melakukan Doa Qunut
dalam sholat witir. (Bidayatul Mujtahidin Wa Nihayatul Muqtashidin, hlm 95).
Dalam
madzhab Syafi’I dijelaskan bahwa Doa Qunut merupakan salah satu dari
sunah ab’adh sebagaimana yang diterangkan dalam Kitabul Fiqhi ‘Alal Madzahib
Al-Arba’ah, sebagaiberikut:
والسنة التي من أبعاض الصلاة إذا تركت عمدا ف‘نها تجبر
بسجود السهو وعدد الأبعاض عشرون الأول القنوت في اعتدال الركعة الأخيرة من الصبح .
Artinya:
Adapun sunah ab’adh sholat apabila ditinggalkan secara sengaja maka dapat
ditambal dengan sujud sahwi, Jumalahnya adalah 20, pertama Do’a Qunut
dalam I’tidal rokaat terahir dari sholat shubuh.(Kitabul Fiqhi ‘Alal Madzahib
Al-Arba’ah Juz 1 hlm 220, cet, Darul Kutub Al-Ilmiyah)
Demikianlah
penjelasan mengenai Do’a Qunut. Kesimpulannya seluruh ulama sepakat
bahwa Doa Qunut hukumnya sunah. Perbedaannya hanya dalam menentukan
tempat pembacaannya. Hal ini disebabkan oleh perbedaan dalil yang digunakan.
Untuk mengetahui dalil-dalil para ulama dan cara istinbatnya, saya persilahkan
untuk membaca kitab Adilatul Mujtahidin karya Syekh Abdul Wahab Asy’sya’roni. Wallohu
a’lam.
0 comments:
Post a Comment
Silahkan bertanya di kolom komentar di bawah ini