Kesalahan
mendasar bagi orang wahabi yang menyebut Madzhab Asy’ari sebagai aliran sesat
adalah pada kenyataannya mereka sendiri tidak mengetahui bagaimana ajaran
Asy’ari yang sebenarnya. Mereka secara diam-diam berhayal dan menebak kemudian
membuat statemen yang dinisbatkan kepada asy’ari. Dengan berdasarkan pada
statemen yang lahir dari hayalan dan tebak-tebakan inilah, mereka mengklaim
bahwa asy’ari yang merupakan madzhab teologi yang dianut oleh mayoritas umat
islam, wabil husus umat islam di Indonesia sebagai aliran sesat. Di internet,
mereka begitu militan menyebarkan klaim tersebut melalui jejaring sosial
seperti facebook, twiter atau web, situs, bogspot dan word press.
Secara
garis besar ada 4 masalah teologi yang dipermasalahkan oleh wahabi untuk
menyatakan kesesatan madzhab asy’ari yang saya ketahui, yaitu masalah zat,
sifat dan af’al Alloh, serta masalah kedudukan akal. Dalam masalah zat, wahabi
menuduh asy’ari menyerupakan Zat Alloh dengan mahluk-Nya. Dalam masalah sifat,
wahabi menuduh asy’ari menolak sifat-sifat Alloh. Dalam masalah af’al, wahabi
menuduh asy’ari berpendapat bahwa Alloh sama sekali tidak turut campur atas
perbuatan manusia. Dalam masalah akal, wahabi menuduh asy’ari memosisikan akal
di atas nas quran dan hadits.
Menanggapi
semua tuduhan itu, saya katakan: “Allohumma subhanak! Hadza buhtan ‘azhim.” (Maha
Suci Engkau ya Alloh! Ini adalah kedustaan yang sangat besar).
Bagaimana mungkin asy’ari berpendapat seperti itu? Sedangkan dalam kitab Ibanah
karya Abu Hasan Al-Asy’ari, pendiri madzhab asy’ari jelas termaktub bantahan
beliau terhadap aliran mujasimah yang menyerupakan Alloh dengan mahluk, bantah
aliran mu’atholah yang menolak sifat Alloh, membantah pandangan mu’tazilah yang
mengatakan bahwa Alloh sama sekali tidak turut campur atas perbuatan mahluk
serta membantah pendapat mereka yang memosisikan akal di atas nas al-quran dan
hadits.
1.
Zat Alloh.
Dalam
hayalan wahabi, madzhab asy’ari telah menyerupakan Zat Alloh dengan mahluk.
Padahal tidak demikian. Dalam madzhab asy’ari dikenal 20 sifat wajib Alloh.
Salah satunya adalah bahwa Alloh mukholifun lilkholq, Alloh berbeda dengan mahluk.
Sayyid Ahmad Marzuqi, salah satu pengikut asy’ari ketika menjelaskan sifat
wajib Alloh, berkata:
فالله موجود قديم باقى * مخالف للخلق بالإطلاق
Alloh itu
wujud, qodim, tetap, berbeda dengan makhluk secara mutlak. 1
2.
Sifat Alloh.
Wahabi
menebak bahwa madzhab asy’ari telah manafikan sifat Alloh. Padahal tidak
demikian. Justru asy’ari membantah semua pendapat aliran yang menafikan sifat
Alloh. Abu Hasan Al-asy’ari selaku pendiri madzhab asy’ari dalam kitab ibanah
membuat bab husus untuk membantah aliran jahmiyyah atau mu’atholah yang telah
menafikan sifat Alloh.2
Imam Ghozali sebagai salah satu pengikut
Asy’ari berkata: “Alloh senantiasa disifati dengan sifat yang agung.”3
Syekh Nawawi Al-Bantani, pengikut madzhab Asy’ari ketika mensyarahi kitab Duror
Bahiyah karya Syekh Ibrohim Al-Bajuri mengatakan: “Bagi mukalaf wajib mensifati
Alloh dengan sifat sempurna.” 4
Ketika
membahas faham asy’ari, Harun Nasution mengatakan bahwa; dalam pandangan
asy’ari, al-ilm, al-quwwah dan al-irodah yang dimaksud bukan zat Alloh
melainkan sifat-sifat Alloh.5
3.
Af’al
Alloh.
Wahabi
menuduh madzhab asy’ari berpendapat bahwa Alloh sama sekali tidak turut campur
atas perbuatan manusia. Padahal tidak demikian. Justru asy’ari dengan keras
membantah pandangan mu’tazilah yang berpendapat bahwa Alloh sama sekali tidak
turut campur atas perbuatan manusia. Dalam pandangan asy’ari, alam dan seluruh
mahluk diciptakan oleh Alloh bukan atas dasar sebab melainkan atas dasar
kehendak. Oleh karena itu segala hal yang menjuwantah di alam ini termasuk
perbuatan manusia adalah merupakan af’al Alloh.6
4.
Posisi Akal.
Wahabi
menfitnah madzhab asy’ari lebih mendahulukan akal daripada nas qur’an dan
hadits. Fitnah murahan ini menunjukan bahwa wahabi sama sekali tidak pernah
membaca kitab-kitab madzhab asy’ari. Mereka hanya berhayal dan main
tebak-tebakan kemudian menjadikannya sebagai dasar statemen untuk mengklaim
bahwa madzhab asy’ari adalah sesat.
Padahal
jika mereka mau menyisihkan sedikit waktu, satu atau dua jam untuk membaca
kitab asy’ariyah, niscaya mereka akan tahu bahwa madzhab asy’ari lebih
mendahulukan nas qur’an dan hadits ketimbang akal. Namun sayang mereka terlalu
malas. Demi menutupi kemalasan ini, mereka membuat alasan kocak bahwa mereka
tidak mau membaca kitab asy’ari karena asy’ari adalah madzhab bid’ah, karena
asy’ari sesat dan tetekbengek alasan lucu lainnya.
Pertanyaanya,
bagaimana mereka tahu kalau asy’ari adalah madzhab bid’ah jika mereka malas
untuk membaca kitab-kitabnya? bagaimana mereka tahu kalau asy’ari sesat jika
mereka tidak tahu bagaimana ajarannya?
Berikut
ini adalah pernyataan Abu Hasan Al-Asy’ari mengenai pendapatnya sebagaimana
yang termaktub dalam kitab Ibanah.
قولنا الذي نقول به، وديانتنا التي ندين بها، التمسك بكتاب الله ربنا
عز وجل، وبسنة نبينا محمد صلى الله عليه وسلم، وما روى عن السادة الصحابة
والتابعين وأئمة الحديث.
Pendapat yang
kami katakan dan pandangan hidup yang kami ikuti adalah berpegang dengan kitabulloh
(Al-Qur’an), sunah Nabi Muhammad SAW, riwayat dari para pembesar sahabat dan tabi’in
serta para imam hadits.7
Al-Imam
Abdulloh Al-Alhadad dalam Risalah Mu’awanah berkata: “Sesungguhnya kebenaran
bersama golongan Asy’ariyah yang dinisbatkan kepada Syekh Abu Hasan Al-Asy’ari.
Beliau telah menyusun kaidah-kaidah aqidah ahli haq dan menjaga dalil-dalilnya
yang merupakan aqidah yang telah disepakati oleh sahabat dan orang-orang
setelahnya.”8
Sayyid
Muhammad Bin Alawi Al-Maliki dalam mafahim menukil ucapan Ibn Taimiyah, salah
satu panutan wahabi, sebagaimana yang termaktub dalam kitab fatawi juz 4 hlm
16. Kata Ibn Taimiyah: “Ulama adalah penolong ilmu agama sedangkan asya’iroh
adalah penolong ushuluddin.”9
Maka
wajar jika banyak ulama tafsir, hadits dan fiqih yang menganut madzhab Asy’ari.
Di antaranya adalah sebagaimana yang disebutkan dalam buku Madzhab Asy’ari
karya Ust. Muhammad Idrus Romli. Dalam buku itu disebutkan 24 nama ulama yang
mengikuti madzhab Asy’ari lengkap dengan biografinya, seperti Al-Qodi Abu Bakar
Al-Baqilani, Abu Bakar Bin Furok, Abu Ishak, Abu Qosim Al-Qusyairi, Izzuddin
Bin Abdissalam dan lain-lain.10
Oleh
karena itu tidaklah salah jika saya katakan bahwa wahabi membuat statemen yang dibangun atas
dasar hayalan dan tebak-tebakan kemudian dengan statemen tersebut mereka
mengklaim bahwa asy’ari adalah madzhab bid’ah dan sesat. Namun sayang umat
islam tidak butuh klaim yang dibangun atas dasar hayalan dan tebak-tebakan.
Dengan kata lain umat islam tidak butuh klaim wahabi. Sebab semua klaim wahabi adalah
fitnah atas madzhab asy’ari.
Kita
sering mendengar sebuah kalimat atau mungkin kita sendiri pernah mengucapkannya.
“Dalam fiqih kami mengikuti Imam Syafi’I dan dalam aqidah kami mengikuti
Imam Abu Hasan Al-Asy’ari.” Ternyata wahabi tidak mampu memahami kalimat
yang sederhana itu. Mereka menganggap bahwa kalimat itu menunjukan kalau imam
syafi’I tidak memiliki aqidah. Atau punya, namun salah sehingga harus
diluruskan oleh Imam Abu Hasan Al-Asy’ari. Maka para pengikut madzhab syafi’I
mengikuti madzhab Asy’ari. Begitu kata wahabi.
Untuk
meluruskan kepahaman wahabi yang salah itu, saya katakan bahwa dua ulama
mujtahid itu memiliki bidang yang berbeda. Imam Syafi’I menekuni bidang fiqih.
Beliau hanya menyusun kaidah dalam masalah fiqih. Sedangkan Imam Abu Hasan
Al-Asy’ari menekuni bidang teologi. Beliau menyusun kaidah dalam masalah aqidah
atau teologi. Dari sini terlahir ucapan “Dalam fiqih kami mengikuti Imam
Syafi’I” Maksudnya adalah dalam fiqih kami mengikuti kaidah-kaidah yang
telah disusun oleh Imam Syafi’i. “Dalam aqidah kami mengikuti Imam Abu Hasan
Al-Asy’ari” maksudnya adalah dalam aqidah kami mengikuti kaidah-kaidah yang
disusun oleh Imam Abu Hasan Al-Asy’ari.
Imam
Abu Hasan sendiri dalam fiqih adalah pengikut madzhab syafi’i. Sebelum beliau menyusun
kaidah teologi, pendapat ulama ahlu sunah masih bertebaran. Kemudian beliau
mengumpulkan semua pendapat itu untuk mendasari konsep madzhab yang beliau
dirikan yang pada gilirannya disebut madzhab asy’ari. Jadi Imam Abu Hasan sama
sekali tidak membuat madzhab baru. Kemudian dengan konsep itu, beliau membantah
aliran-aliran sesat seperti khowarij, mujasimah, qodariyah, jabariyah, mu’tazilah,
jahmiyah dan lain-lain. Mungkin salah satu dari aliran-aliran itu atau yang
sejalan dengan mereka -saat ini- ada yang tidak terima sehingga mereka harus
menfitnah madzhab asy’ari. Wallohu a’lam.
Refrensi:
1.
Aqidatul
Awam bait ke 6
2.
Ibanah
bab 7 hlm 42
3.
Ihya’
Ulumiddin Juz 1 hlm 118
4.
Syarah
Tijan Durori, hlm 3
5.
Teologi
Islam Aliran-Aliran Sejarah Analisa Perbandingan hlm 167, Jakarta UI press
6.
Al-Ibanah,
hlm 170 karya Abu Hasan Al-Asy’ari
7.
Al-Ibanah
hlm. 5
8.
Risalatul
Mu’awanah, hlm 51
9.
Mafahim
Yajibu An Tushohahu, hlm 119
10.
Madzhab
Asy’ari, hlm 70-111
Identitas
Penulis
Nama : Qosim Ibn Aly
TTL : Pringsewu, 3-9-1986
Alamat : Ma’had Darut Tauhid,
Kedungsari, Purworejo, Jateng Po. BOX 211
E-mail : qosimibnaly@yahoo.com