Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

Wednesday, March 27, 2013

Mafahim Yang Harus Di Luruskan

Kesalahan mendasar bagi orang wahabi yang menyebut Madzhab Asy’ari sebagai aliran sesat adalah pada kenyataannya mereka sendiri tidak mengetahui bagaimana ajaran Asy’ari yang sebenarnya. Mereka secara diam-diam berhayal dan menebak kemudian membuat statemen yang dinisbatkan kepada asy’ari. Dengan berdasarkan pada statemen yang lahir dari hayalan dan tebak-tebakan inilah, mereka mengklaim bahwa asy’ari yang merupakan madzhab teologi yang dianut oleh mayoritas umat islam, wabil husus umat islam di Indonesia sebagai aliran sesat. Di internet, mereka begitu militan menyebarkan klaim tersebut melalui jejaring sosial seperti facebook, twiter atau web, situs, bogspot dan word press.

Secara garis besar ada 4 masalah teologi yang dipermasalahkan oleh wahabi untuk menyatakan kesesatan madzhab asy’ari yang saya ketahui, yaitu masalah zat, sifat dan af’al Alloh, serta masalah kedudukan akal. Dalam masalah zat, wahabi menuduh asy’ari menyerupakan Zat Alloh dengan mahluk-Nya. Dalam masalah sifat, wahabi menuduh asy’ari menolak sifat-sifat Alloh. Dalam masalah af’al, wahabi menuduh asy’ari berpendapat bahwa Alloh sama sekali tidak turut campur atas perbuatan manusia. Dalam masalah akal, wahabi menuduh asy’ari memosisikan akal di atas nas quran dan hadits.

Menanggapi semua tuduhan itu, saya katakan: “Allohumma subhanak! Hadza buhtan ‘azhim.” (Maha Suci Engkau ya Alloh! Ini adalah kedustaan yang sangat besar). Bagaimana mungkin asy’ari berpendapat seperti itu? Sedangkan dalam kitab Ibanah karya Abu Hasan Al-Asy’ari, pendiri madzhab asy’ari jelas termaktub bantahan beliau terhadap aliran mujasimah yang menyerupakan Alloh dengan mahluk, bantah aliran mu’atholah yang menolak sifat Alloh, membantah pandangan mu’tazilah yang mengatakan bahwa Alloh sama sekali tidak turut campur atas perbuatan mahluk serta membantah pendapat mereka yang memosisikan akal di atas nas al-quran dan hadits.

1.    Zat Alloh.
Dalam hayalan wahabi, madzhab asy’ari telah menyerupakan Zat Alloh dengan mahluk. Padahal tidak demikian. Dalam madzhab asy’ari dikenal 20 sifat wajib Alloh. Salah satunya adalah bahwa Alloh mukholifun lilkholq, Alloh berbeda dengan mahluk. Sayyid Ahmad Marzuqi, salah satu pengikut asy’ari ketika menjelaskan sifat wajib Alloh, berkata:
فالله موجود قديم باقى * مخالف للخلق بالإطلاق
Alloh itu wujud, qodim, tetap, berbeda dengan makhluk secara mutlak. 1

2.    Sifat Alloh.
Wahabi menebak bahwa madzhab asy’ari telah manafikan sifat Alloh. Padahal tidak demikian. Justru asy’ari membantah semua pendapat aliran yang menafikan sifat Alloh. Abu Hasan Al-asy’ari selaku pendiri madzhab asy’ari dalam kitab ibanah membuat bab husus untuk membantah aliran jahmiyyah atau mu’atholah yang telah menafikan sifat Alloh.2

 Imam Ghozali sebagai salah satu pengikut Asy’ari berkata: “Alloh senantiasa disifati dengan sifat yang agung.”3 Syekh Nawawi Al-Bantani, pengikut madzhab Asy’ari ketika mensyarahi kitab Duror Bahiyah karya Syekh Ibrohim Al-Bajuri mengatakan: “Bagi mukalaf wajib mensifati Alloh dengan sifat sempurna.” 4

Ketika membahas faham asy’ari, Harun Nasution mengatakan bahwa; dalam pandangan asy’ari, al-ilm, al-quwwah dan al-irodah yang dimaksud bukan zat Alloh melainkan sifat-sifat Alloh.5

3.    Af’al Alloh.
Wahabi menuduh madzhab asy’ari berpendapat bahwa Alloh sama sekali tidak turut campur atas perbuatan manusia. Padahal tidak demikian. Justru asy’ari dengan keras membantah pandangan mu’tazilah yang berpendapat bahwa Alloh sama sekali tidak turut campur atas perbuatan manusia. Dalam pandangan asy’ari, alam dan seluruh mahluk diciptakan oleh Alloh bukan atas dasar sebab melainkan atas dasar kehendak. Oleh karena itu segala hal yang menjuwantah di alam ini termasuk perbuatan manusia adalah merupakan af’al Alloh.6

4.    Posisi Akal.
Wahabi menfitnah madzhab asy’ari lebih mendahulukan akal daripada nas qur’an dan hadits. Fitnah murahan ini menunjukan bahwa wahabi sama sekali tidak pernah membaca kitab-kitab madzhab asy’ari. Mereka hanya berhayal dan main tebak-tebakan kemudian menjadikannya sebagai dasar statemen untuk mengklaim bahwa madzhab asy’ari adalah sesat.

Padahal jika mereka mau menyisihkan sedikit waktu, satu atau dua jam untuk membaca kitab asy’ariyah, niscaya mereka akan tahu bahwa madzhab asy’ari lebih mendahulukan nas qur’an dan hadits ketimbang akal. Namun sayang mereka terlalu malas. Demi menutupi kemalasan ini, mereka membuat alasan kocak bahwa mereka tidak mau membaca kitab asy’ari karena asy’ari adalah madzhab bid’ah, karena asy’ari sesat dan tetekbengek alasan lucu lainnya.

Pertanyaanya, bagaimana mereka tahu kalau asy’ari adalah madzhab bid’ah jika mereka malas untuk membaca kitab-kitabnya? bagaimana mereka tahu kalau asy’ari sesat jika mereka tidak tahu bagaimana ajarannya?

Berikut ini adalah pernyataan Abu Hasan Al-Asy’ari mengenai pendapatnya sebagaimana yang termaktub dalam kitab Ibanah.
قولنا الذي نقول به، وديانتنا التي ندين بها، التمسك بكتاب الله ربنا عز وجل، وبسنة نبينا محمد صلى الله عليه وسلم، وما روى عن السادة الصحابة والتابعين وأئمة الحديث.
Pendapat yang kami katakan dan pandangan hidup yang kami ikuti adalah berpegang dengan kitabulloh (Al-Qur’an), sunah Nabi Muhammad SAW,  riwayat dari para pembesar sahabat dan tabi’in serta para imam hadits.7

Al-Imam Abdulloh Al-Alhadad dalam Risalah Mu’awanah berkata: “Sesungguhnya kebenaran bersama golongan Asy’ariyah yang dinisbatkan kepada Syekh Abu Hasan Al-Asy’ari. Beliau telah menyusun kaidah-kaidah aqidah ahli haq dan menjaga dalil-dalilnya yang merupakan aqidah yang telah disepakati oleh sahabat dan orang-orang setelahnya.”8

Sayyid Muhammad Bin Alawi Al-Maliki dalam mafahim menukil ucapan Ibn Taimiyah, salah satu panutan wahabi, sebagaimana yang termaktub dalam kitab fatawi juz 4 hlm 16. Kata Ibn Taimiyah: “Ulama adalah penolong ilmu agama sedangkan asya’iroh adalah penolong ushuluddin.”9

Maka wajar jika banyak ulama tafsir, hadits dan fiqih yang menganut madzhab Asy’ari. Di antaranya adalah sebagaimana yang disebutkan dalam buku Madzhab Asy’ari karya Ust. Muhammad Idrus Romli. Dalam buku itu disebutkan 24 nama ulama yang mengikuti madzhab Asy’ari lengkap dengan biografinya, seperti Al-Qodi Abu Bakar Al-Baqilani, Abu Bakar Bin Furok, Abu Ishak, Abu Qosim Al-Qusyairi, Izzuddin Bin Abdissalam dan lain-lain.10

Oleh karena itu tidaklah salah jika saya katakan bahwa  wahabi membuat statemen yang dibangun atas dasar hayalan dan tebak-tebakan kemudian dengan statemen tersebut mereka mengklaim bahwa asy’ari adalah madzhab bid’ah dan sesat. Namun sayang umat islam tidak butuh klaim yang dibangun atas dasar hayalan dan tebak-tebakan. Dengan kata lain umat islam tidak butuh klaim wahabi. Sebab semua klaim wahabi adalah fitnah atas madzhab asy’ari.

Kita sering mendengar sebuah kalimat atau mungkin kita sendiri pernah mengucapkannya. “Dalam fiqih kami mengikuti Imam Syafi’I dan dalam aqidah kami mengikuti Imam Abu Hasan Al-Asy’ari.” Ternyata wahabi tidak mampu memahami kalimat yang sederhana itu. Mereka menganggap bahwa kalimat itu menunjukan kalau imam syafi’I tidak memiliki aqidah. Atau punya, namun salah sehingga harus diluruskan oleh Imam Abu Hasan Al-Asy’ari. Maka para pengikut madzhab syafi’I mengikuti madzhab Asy’ari. Begitu kata wahabi.

Untuk meluruskan kepahaman wahabi yang salah itu, saya katakan bahwa dua ulama mujtahid itu memiliki bidang yang berbeda. Imam Syafi’I menekuni bidang fiqih. Beliau hanya menyusun kaidah dalam masalah fiqih. Sedangkan Imam Abu Hasan Al-Asy’ari menekuni bidang teologi. Beliau menyusun kaidah dalam masalah aqidah atau teologi. Dari sini terlahir ucapan “Dalam fiqih kami mengikuti Imam Syafi’I” Maksudnya adalah dalam fiqih kami mengikuti kaidah-kaidah yang telah disusun oleh Imam Syafi’i. “Dalam aqidah kami mengikuti Imam Abu Hasan Al-Asy’ari” maksudnya adalah dalam aqidah kami mengikuti kaidah-kaidah yang disusun oleh Imam Abu Hasan Al-Asy’ari.

Imam Abu Hasan sendiri dalam fiqih adalah pengikut madzhab syafi’i. Sebelum beliau menyusun kaidah teologi, pendapat ulama ahlu sunah masih bertebaran. Kemudian beliau mengumpulkan semua pendapat itu untuk mendasari konsep madzhab yang beliau dirikan yang pada gilirannya disebut madzhab asy’ari. Jadi Imam Abu Hasan sama sekali tidak membuat madzhab baru. Kemudian dengan konsep itu, beliau membantah aliran-aliran sesat seperti khowarij, mujasimah, qodariyah, jabariyah, mu’tazilah, jahmiyah dan lain-lain. Mungkin salah satu dari aliran-aliran itu atau yang sejalan dengan mereka -saat ini- ada yang tidak terima sehingga mereka harus menfitnah madzhab asy’ari. Wallohu a’lam.


Refrensi:
1.        Aqidatul Awam bait ke 6
2.        Ibanah bab 7 hlm 42
3.        Ihya’ Ulumiddin Juz 1 hlm 118
4.        Syarah Tijan Durori, hlm 3
5.        Teologi Islam Aliran-Aliran Sejarah Analisa Perbandingan hlm 167, Jakarta UI press
6.        Al-Ibanah, hlm 170 karya Abu Hasan Al-Asy’ari
7.        Al-Ibanah hlm. 5
8.        Risalatul Mu’awanah, hlm 51
9.        Mafahim Yajibu An Tushohahu, hlm 119
10.         Madzhab Asy’ari, hlm 70-111



Identitas Penulis

Nama : Qosim Ibn Aly

TTL   : Pringsewu, 3-9-1986
Alamat : Ma’had Darut Tauhid, Kedungsari, Purworejo, Jateng Po. BOX 211
E-mail  : qosimibnaly@yahoo.com

2 comments:

Unknown said...

jjj

Unknown said...

siip..

Post a Comment

Silahkan bertanya di kolom komentar di bawah ini

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Blogger Templates