Kang Qolby
adalah pemuda yang telah nyantri selama 10 tahun. Sebagai santri tentunya ia
percaya dan yakin bahwa Tuhan ada. Suatu hari ia bertemu dengan seorang profesor
bernama Jhon. Sebenarnya nama asli pak Jhon adalah Selamet. Namun saat kuliah di Eropa ia
mengganti nama kejawennya itu dengan nama barat. Mungkin karena gengsi atau
karena telah mengkultuskan barat sehingga segala sesuatunya harus seperti
barat, termasuk nama.
“Pak Jhon, tadi
sampean mengaku sebagai atheis. Saya tidak tau atheis. Atheis itu apa tho pak?”
Tanya Qolby.
“Saya tidak
percaya adanya Tuhan”. Jawab pak jhon, singkat. Kang Qolby kaget. Sebagai
santri ia tidak tau apa itu atheis. Namun sekarang ia tahu bahwa atheis adalah orang
yang tidak percaya adanya Tuhan. Tetapi pengetahuannya ini malah justru membuat
ia kaget. Seolah-olah ia tak percaya, bagaimana bisa seorang berpendidikan
seperti pak Jhon sampai tidak percaya adanya Tuhan?
“Jika sampean
yakin Tuhan ada, coba buktikan keyakinan sampean itu”. Lanjut profesor Jhon. Dengan
santai kang Qolby mencoba memberikan bukti.
“Bukti adanya
Tuhan adalah keberadaan bapak. Jika Tuhan tidak ada, bapak pasti tidak ada”. Akan
tetapi pembuktian itu dibantah oleh pak Jhon.
“Halah itu bukan
bukti. Itu hanya lamunan para Kiyai untuk membohongi orang-orang bodoh”. Kang
Qolby mulai emosi. Matanya memerah. Tangannya mengepal kuat-kuat. Rasanya ia
ingin memukul orang yang duduk di depannya itu. Untung saja ia teringat nasehat
gurunya bahwa berdakwah itu harus sabar. Tidak boleh dengan emosi. Melainkan
harus dengan mauizoh hasanah.
“Begini pak,
kita berfikir secara sederhana saja. Coba bapak lihat kursi yang bapak duduki
itu”. Pak Jhon menuruti permintaan kang Qolby. Ia melihat ke arah kursi yang ia
duduki. Setelah pak Jhon melihat kursi itu, kang Qolby pun bertanya.
“Menurut bapak,
kursi itu ada yang membuat nggak?”
“Tentu saja
ada. Tapi bukan Tuhan. Melainkan tukang kursi. Meja ini juga bukan buatan
Tuhan. Melainkan buatan tukang meja. Jadi adanya sesuatu hanya membuktikan
adanya yang membuat. Tidak membuktikan adanya Tuhan”.
“Dengan kata
lain bapak yakin bahwa adanya sesuatu adalah hasil karya tukangnya. Ok, untuk
sementara saya ikuti jalan pikiran bapak bahwa sesuatu yang ada, dibuat oleh tukangnya.
Rumah dibuat oleh tukang rumah. Jalan dibuat oleh tukang jalan dan seterusnya. Jika
demikian, coba bapak sebutkan siapa tukang alam semesta raya yang mampu membuat
langit dan bumi lengkap dengan isinya. Saya ingin pesan satu semesta raya”. Ucap
kang Qolby teriring senyum tipis penuh kemenangan. Ia yakin pak Jhon tidak
bakalan mampu menunjukan tukang semesta raya.
Pak Jhon mulai
gelisah. Matanya berputar-putar seperti mencari-cari jawaban. Isapan rokoknya
semakin cepat sehingga ruangan yang hanya 2x4 m itu dipenuhi asap rokok.
“Mungkin bapak
akan bilang kalo adanya semesta raya adalah dengan sendirinya. Tiba-tiba ada
semesta ini tanpa ada yang membuatnya. Jika benar demikian, berarti ada sesuatu
yang ada tanpa adanya tukang yang membuat. Di sini ada 4 kursi. Bapak
melihatnya sendiri. Semuanya dibuat oleh tukang kursi. Sekarang coba bapak
tunjukan satu kursi yang ada dengan sendirinya. Tiba-tiba kursi itu muncul
dengan tanpa adanya tukang kursi”.
Pak Jhon
semakin gelisah. Untuk menutupi kegelisahan itu, ia mengatakan bahwa ucapan
Qolby tidak ilmiyah.
“Ucapan sampean
itu tidak ilmiyah. Jadi tidak perlu saya tanggapi”.
“Bukan ucapan
saya yang tak ilmiyah. Tetapi bapak tidak mampu menanggapinya sehingga bapak menyebutnya
tidak ilmiyah”. Sahut kang Qolby.
“Terserah
sampean mau bilang apa, tapi yang jelas sesuatu yang ada pasti dapat dilihat.
Saya ada sehingga sampean bisa melihat saya. Jika Tuhan ada, silahkan tunjukan
kepada saya”.
“ha..ha..ha”. Kang
Qolby tertawa mendengar ucapan pak Jhon. “Saya heran pada bapak. Bapak mengaku
sebagai Profesor. Bapak mengaku sebagai ilmuwan modern tapi anehnya bapak
mengikuti ucapan orang yang hidup ribuan tahun lalu. Ribuan tahun lalu bani
israil pernah berkata seperti yang bapak katakan itu. Mereka minta agar Nabi
Musa menunjukan Tuhan. Apakah ilmuwan modern sudah kehabisan kata-kata sehingga
mereka nyontek ucapan ribuan tahun silam? Tapi baiklah, saya akan turuti
permintaan bapak. Saya akan tunjukan Tuhan kepada bapak pada hari senin besok”.
Keesokan
harinya kang Qolby dan pak Jhon kembali bertemu di tempat yang telah
ditentukan. Pak Jhon memulai pembicaraan dengan menagih janji kang Qolby.
“Kemaren
sampean janji akan menunjukan Tuhan kepada saya. Mana Tuhannya? Kok saya tidak
melihatnya”.
“Siapa yang
bilang begitu pak? Kapan saya bilang?” Sahut kang Qolby.
“ha,,ha..ha…”.
Pak Jhon tertawa. “Sampean pura-pura linglung atau linglung beneran? Sayang
sekali anak muda seperti sampean sudah linglung. Itulah akibat sampean termakan
lamunan para kyai tentang Tuhan. Saya yang sudah tua saja masih ingat janji
sampean. Kemaren sampean janji akan menunjukan Tuhan kepada saya pada hari
senin. Ini hari senin. Tapi sampean tidak sanggup menunjukan Tuhan. Malah
pura-pura lupa”.
“Bapak yakin
ini hari senin?” Tanya kang Qolby.
“Tentu saja
saya yakin. Emangnya saya pikun kayak sampean”. Sahut pak Jhon.
“Mana hari
seninnya pak? Apa warna hari senin? Bagaimana bentuk hari senin? Coba bapak
tunjukan kepada saya.”
“ha,, ha..
ha..” Suara tawa pak Jhon mengglegar penuh kemenangan. Ia merasa menang karena
kang Qolby tidak mampu menunjukan Tuhan. Bagi pak Jhon sesuatu yang ada pasti bisa
dilihat. Jika Tuhan ada, pasti bisa dilihat. Oleh karena Tuhan tidak bisa
dilihat maka ia meyakini bahwa Tuhan tidak ada.
Pada saat pak
Jhon menikmati tawanya itu, kang Qolby berkata: “Bapak tidak mampu melihat hari
senin tapi bapak meyakini bahwa ini hari senin. Artinya bapak yakin bahwa hari
senin benar-benar ada meskipun bapak tidak mampu melihat dan menunjukan hari
senin. Lalu bagaimana bapak tidak yakin dengan adanya Tuhan hanya karena bapak
tidak dapat melihat Tuhan?”
7 comments:
Seperti percakapan antara seorang profesor dan Albert Einsten.
benarkah? Kalo anda punya percakapan itu tolong diposting di sini.. :)
http://www.rohieth.net/2012/07/percakapan-tentang-ketuhanan-albert.html
Lanjutannya ga ada?
Lanjutannya ga ada?
Post a Comment
Silahkan bertanya di kolom komentar di bawah ini