Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

Friday, April 12, 2013

Kufu'ah (Kesetaraan Dalam Nikah)


Salah satu hal yang dibahas dalam bab pernikahan adalah masalah kufu’ah. Mengenai pengertian kufu’ah dan hal-hal yang termasuk dalam kategori kufu’ah terjadi perbedaan pendapat dikalangan imam mujtahid yang empat sebagaiberikut:

1.      Imam Abu Hanifah
أن الكفاءة هي مساواة الرجل للمرأة في أمور مخصوصة وهي ست : النسب والإسلام والحرفة والحرية والديانة والمال
Sesungguhnya kufu’ah adalah kesetaraan lelaki dengan perempuan dalam beberapa hal yang tertentu yang jumlahnya ada 6 yaitu: nasab, islam, pekerjaan, sifat merdeka, agama dan harta.

2.      Imam Malik
الكفاءة في النكاح المماثلة في أمرين : أحدهما التدين بأن يكون مسلما غير فاسق ثانهما السلامة من العيوب التى توجب للمرأة الخيار كالبرص والجنون والجذام
Kafa’ah dalam hal nikah adalah sepadan dalam dua hal. Pertama, dalam hal agama. Hendaknya seorang lelaki beragama islam dan tidak fasiq. Kedua hendaknya lelaki selamat dari aib yang mewajibkan wanita untuk memilih seperti baros, gila dan lepera.

3.      Imam Syafi’i
وتعتبر الكفاءة في أنواع أربعة النسب والدين والحرية والحرفة
Yang dianggap dalam masalah kufu’ah ada 4 hal yaitu: nasab, agama, sifat merdeka dan pekerjaan.

4.      Imam Ahmad
الكفاءة هي المساواة في خمسة أمور:  الديانة والصناعة واليسار بالمال والحرية والنسب
Kufu adalah kesetaraan dalam 5 hal yaitu agama, pekerjaan, mudah hartanya, sifat merdeka dan nasab.

Dari sini kemudian timbul permasalahan bagaimana hukum pernikahan yang tidak kufu’. Misalnya seorang syarifah (wanita dari ahlul bait) menikah dengan akhwal (lelaki bukan dari ahlul bait)?

Jawaban untuk pertanyaan ini ditafsil. Jika pernikahan itu dilakukan atas dasar perjodohan yang dilakukan oleh wali tanpa ridho anaknya, maka hukumnya tidak sah. Atau jika pernikahan tersebut dilakukan oleh hakim tanpa ridho wali maka tidak sah. Akan tetapi jika syarifah dan walinya sama-sama ridho maka pernikahan itu sah.

1.      Imam Abu Hanifah
فإذا زوجت المرأة نفسها لمن هو دونها في أمر من الأمور الستة المذكورة كان لوليها حق الإعتراض علي العقد فلا ينفذ حتى يرضى أو يفسخه القاضي
Jika seorang wanita menikah dengan orang yang berada dibawahnya dalam hal 6 perkara di atas maka wali wanita tersebut berhak menolak akad pernikahan itu. Maka pernikahan tersebut tidak berlanjut sehingga walinya ridho atau qodhi merusak pernikahan itu.

2.      Imam Syafi’i
فإذا زوج الأب إبنته جبرا اشترط أن يزوجها من كفء فإذا رضيت صح
Apabila seorang ayah menikahkan anak perempuannya secara paksa maka disyaratkan hendaknya ia menikahkan dengan lelaki yang kufu’. Apabila anaknya ridho di jodohkan dengan lelaki yang tidak kufuh maka pernikahannya sah.

3.      Imam Ahmad
فإذا زوجها الولي من غير كفء و بغير رضاها كان أثما ويفسق الولي
Apabila wali menikahkan anak perempuannya dengan lelaki yang tidak kufu’ tanpa ridho anaknya maka wali tersebut berdosa dan ia termasuk fasiq.

4.      Imam Malik
Oleh karena Imam Malik tidak memasukan nasab sebagai kategori kufu’ah maka pernikahan wanita dengan lelaki yang tidak kufu’ hukumnya sah.

Refrensi: Kitabul Fiqh ‘Alal Madzahib Al-Arba’ah juz 4 hlm 53-56, cet Darul Kutub Al-Ilmiyah

1 comments:

Anonymous said...

Asalamualaikum..,
saya bukan said gan.. Tpi saya berhubungan dengan syarifah udh 6 bulan gan... Malahan orangtua nya setuju gan...
Pertanyaan nya..
Apa orgtua yg syarifah itu berdosa gan meski membolehkan anak syarifah nya berhbungan dengan bukan said ga..
Makasih gan...
Tlong ya balasan nya gan..

Post a Comment

Silahkan bertanya di kolom komentar di bawah ini

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Blogger Templates