Salah
satu hal yang dibahas dalam bab pernikahan adalah masalah kufu’ah. Mengenai pengertian
kufu’ah dan hal-hal yang termasuk dalam kategori kufu’ah terjadi perbedaan
pendapat dikalangan imam mujtahid yang empat sebagaiberikut:
1.
Imam
Abu Hanifah
أن الكفاءة هي مساواة الرجل للمرأة في
أمور مخصوصة وهي ست : النسب والإسلام والحرفة والحرية والديانة والمال
Sesungguhnya
kufu’ah adalah kesetaraan lelaki dengan perempuan dalam beberapa hal yang
tertentu yang jumlahnya ada 6 yaitu: nasab, islam, pekerjaan, sifat merdeka,
agama dan harta.
2.
Imam
Malik
الكفاءة في النكاح المماثلة في أمرين
: أحدهما التدين بأن يكون مسلما غير فاسق ثانهما السلامة من العيوب التى توجب
للمرأة الخيار كالبرص والجنون والجذام
Kafa’ah
dalam hal nikah adalah sepadan dalam dua hal. Pertama, dalam hal agama. Hendaknya
seorang lelaki beragama islam dan tidak fasiq. Kedua hendaknya lelaki selamat
dari aib yang mewajibkan wanita untuk memilih seperti baros, gila dan lepera.
3.
Imam
Syafi’i
وتعتبر الكفاءة في أنواع أربعة النسب
والدين والحرية والحرفة
Yang
dianggap dalam masalah kufu’ah ada 4 hal yaitu: nasab, agama, sifat merdeka dan
pekerjaan.
4.
Imam
Ahmad
الكفاءة هي المساواة في خمسة أمور: الديانة والصناعة واليسار بالمال والحرية والنسب
Kufu
adalah kesetaraan dalam 5 hal yaitu agama, pekerjaan, mudah hartanya, sifat
merdeka dan nasab.
Dari
sini kemudian timbul permasalahan bagaimana hukum pernikahan yang tidak kufu’. Misalnya
seorang syarifah (wanita dari ahlul bait) menikah dengan akhwal (lelaki bukan
dari ahlul bait)?
Jawaban
untuk pertanyaan ini ditafsil. Jika pernikahan itu dilakukan atas dasar
perjodohan yang dilakukan oleh wali tanpa ridho anaknya, maka hukumnya tidak
sah. Atau jika pernikahan tersebut dilakukan oleh hakim tanpa ridho wali maka
tidak sah. Akan tetapi jika syarifah dan walinya sama-sama ridho maka
pernikahan itu sah.
1.
Imam
Abu Hanifah
فإذا زوجت المرأة نفسها لمن هو دونها
في أمر من الأمور الستة المذكورة كان لوليها حق الإعتراض علي العقد فلا ينفذ حتى
يرضى أو يفسخه القاضي
Jika
seorang wanita menikah dengan orang yang berada dibawahnya dalam hal 6 perkara
di atas maka wali wanita tersebut berhak menolak akad pernikahan itu. Maka
pernikahan tersebut tidak berlanjut sehingga walinya ridho atau qodhi merusak
pernikahan itu.
2.
Imam
Syafi’i
فإذا زوج الأب إبنته جبرا اشترط أن
يزوجها من كفء فإذا رضيت صح
Apabila
seorang ayah menikahkan anak perempuannya secara paksa maka disyaratkan
hendaknya ia menikahkan dengan lelaki yang kufu’. Apabila anaknya ridho di
jodohkan dengan lelaki yang tidak kufuh maka pernikahannya sah.
3.
Imam
Ahmad
فإذا زوجها الولي من غير كفء و بغير
رضاها كان أثما ويفسق الولي
Apabila
wali menikahkan anak perempuannya dengan lelaki yang tidak kufu’ tanpa ridho
anaknya maka wali tersebut berdosa dan ia termasuk fasiq.
4.
Imam
Malik
Oleh
karena Imam Malik tidak memasukan nasab sebagai kategori kufu’ah maka
pernikahan wanita dengan lelaki yang tidak kufu’ hukumnya sah.
Refrensi:
Kitabul Fiqh ‘Alal Madzahib Al-Arba’ah juz 4 hlm 53-56, cet Darul Kutub
Al-Ilmiyah
1 comments:
Asalamualaikum..,
saya bukan said gan.. Tpi saya berhubungan dengan syarifah udh 6 bulan gan... Malahan orangtua nya setuju gan...
Pertanyaan nya..
Apa orgtua yg syarifah itu berdosa gan meski membolehkan anak syarifah nya berhbungan dengan bukan said ga..
Makasih gan...
Tlong ya balasan nya gan..
Post a Comment
Silahkan bertanya di kolom komentar di bawah ini