Abu
Bakar Jabir Al-Jazairi dalam artikelnya mengatakan bahwa bacaan wirid yang
diamalkan oleh shufi dan thoriqoh ada yang disyariatkan dan ada yang tidak.
Dzikir yang disyari’atkan adalah seperti membaca kalimat Thoyyibah. Sedangkan
dzikir yang tidak disyari’atkan adalah seperti membaca lafazh Alloh, Huwa, dan
Hayyu secara berulang-ulang. Menurutnya dzikir dengan membaca lafazh-lafazh itu
adalah bid’ah dan sesat.
Tanggapan:
Saya
sangat suka jika anda objektif. Anda mengakui bahwa dzikir yang dibaca oleh
shufi ada yang disyari’atkan seperti membaca kalimat thoyyibah. Tolong
pertahankan objektifitas anda. Saya sendiri mengamalkan thoriqoh alawiyah yang
saya dapatkan melalui kakek saya. Dzikir yang dibaca dalam thoriqoh ini adalah
kalimat thoyyibah, sholawat dan istighfar. Secara tidak langsung wahabi setuju
bahwa bacaan dalam thoriqoh alawiyah di syari’atkan. Al-hamdulillah.
Namun
bagaimana dengan 3 lafazh yang dibaca oleh sebagian shufi? Apakah dzikir dengan
membaca lafzh Alloh, Huwa, dan Hayyu, adalah bid’ah? Apakah wirid ini bathil?
Apakah mereka yang mengamalkannya sesat? sebagaimana yang dikatakan oleh ustad
wahabi itu.
Jawaban
saya: Yang bathil dan sesat adalah ucapan
Abu Bakar Jabir. Sebab ketiga lafazh itu diambil dari al-Qur’an. Menurut ulama
ushul, sumber hukum syari’at adalah al-Qur’an. Lalu bagaimana bisa dzikir yang
diambil dari Qur’an dikatakan bathil? Bagaimana bisa mereka yang mengamalkannya
disebut sesat?
Al-Quran
-meskipun memuat segala sesuatu- namun bukan berarti setiap orang mampu
memahaminya secara keseluruhan. Setiap orang hanya mampu memahami apa yang
menjadi bidangnya. Sebagai contoh adalah bidang astronomi. Dalam al-Quran
terdapat ayat-ayat yang menyinggung masalah astronomi. Namun mereka yang tidak
menguasai bidang ini, tidak akan tahu ayat mana yang menyinggung masalah
astronomi tanpa merujuk pada hasil penelitian ahli astronomi.
Disebutkan
bahwa matahari dan Sembilan pelanet yang tergabung dalam tatasurya berada di
dalam galaksi bimasakti. Panjang galaksi ini adalah 100 ribu tahun cahaya.
Artinya, jika kita ingin menempuh panjang galaksi ini, kita memerlukan waktu
100 ribu tahun menggunakan pesawat dengan kecepatan cahaya. Kecepatan cahaya
adalah 300.000 km/detik.
Galaksi
bimasakti hanyalah satu dari ribuan galaksi yang membentuk cluster. Cluster
yang tersusun dari ribuan galaksi itu berjumlah ribuan dan membentuk super
cluster. Super cluster ini bersama ribuan super cluster lainnya membentuk jagat
raya atau universe yang panjangnya adalah sejauh perjalanan 30 miliyar tahun
cahaya. Seluruh benda-benda langit yang menyusun jagat raya ini, secara
keseluruhan bergerak berputar atau -dalam istilah astronominya- beredar pada
manzilah atau tempatnya masing-masing.
Orang-orang
yang ahli dalam bidang astronomi mampu memahami ayat-ayat yang menyinggung
masalah itu tanpa merujuk pada kepahaman orang lain. Mengenai susunan langit
dibicarakan dalam surat Al-Furqon: 61. Mengenai gerak berputar benda-benda
langit dibicarakan dalam Ar-Ro’d: 32. Mengenai manzilah atau tempat
peredarannya dibicarakan dalam surat yunus: 5. Mereka mengetahui ini karena
mereka adalah ahli astronomi.
Berbeda
dengan orang-orang yang tidak menguasai bidang astronomi. Mereka tidak bisa
memahami ayat-ayat yang menyinggung masalah astronomi sekalipun mereka membaca
Qur’an setiap hari. Kalaupun mereka tahu, pengetahuan ini adalah berkat
kerjakeras orang-orang yang menguasai bidang astronomi. Mereka mengumpulkan
ayat-ayat itu dan menulisnya dalam artikel atau buku kemudian disebarkan kepada
public. Sehingga orang-orang yang tidak menguasai bidang astronomi menjadi tahu
bahwa al-Quran juga menyinggung masalah ini.
Ahli
sufi adalah orang-orang yang menguasai bidang wirid. Mereka adalah ahli dzikir.
Bagi mereka dzikir hukumnya wajib. Mereka membaca seluruh dzikir-dzikir yang
wurud dari Nabi Muhammad SAW. Bersamaan dengan itu, mereka juga membaca
al-Qur’an. Di dalam Al-Qur’an mereka menemukan lafazh-lafazh yang bisa
digunakan sebagai bacaan dzikir seperti lafzah Alloh, Huwa dan Hayyu.
a.
Lafazh Alloh
Dalam
Al-Qur’an kurang lebih ada 980 ayat yang didalamnya terdapat lafazh Alloh. sebagai
contoh adalah Al-Ahzab: 41
يأ يها الذين أمنوا اذكروا الله ذكرا كثيرا
Artinya:
“Hai orang-orang yang beriman, berdzikirlah (kepada) Alloh dengan dzikir sebanyak-banyaknya.”
Ayat
itu memerintah orang-orang beriman untuk berdzikir kepada Alloh. اذكروا ini adalah kalimat perintah. Mafu’ul atau
subbjeknya adalah الله . Jadi orang-orang beriman diperintah untuk mengingat الله yang pada gilirannya disebut berdzikir. Lalu apa
salahnya jika shufi menggunakan lafazh الله yang diambil dari
al-Qur’an sebagai bacaan dzikir? Lha wong kita diperintah untuk mengingat Alloh
kok.
b.
Lafazh Hayyu
Di samping
menemukan ratusan lafazh Alloh, mereka juga menemukan sekitar 4 ayat yang mengandung
lafazh Hayyu. 4 ayat itu adalah Al-Baqoroh: 225, Ali Imron: 2, Furqon: 58 dan
Ghofir: 65. Untuk lebih jelasnya berikut kita baca surat Ghofir: 65;
هو الحي لا إله إلا هو
Siapa
Hayyu yang dimaksud oleh ayat di atas? Jawabannya adalah Alloh. Sebagian
ahli sufi menggunakan lafazh Hayyu sebagai bacaan dzikir karena Hayyu merupakan
sifat Alloh sebagaimana yang diyakini oleh akidah ahlu sunah wal jama’ah. Lalu
apa salahnya jika kita mengingat Alloh dengan mengucapkan lafazh Hayyu yang
merupakan sifat Alloh yang diambil dari Al-Qur’an?
c.
Lafazh Huwa
Bacaan
dzikir huwa –teks arabnya هو – juga diambil dari Al-Qur’an. Kurang lebih
ada 13 ayat yang mengandung lafazh huwa yang marji’nya kembali pada Alloh. Ayat-ayat
itu adalah An-Naml: 29, Al-Qoshosh: 70, 88, Fathir: 3, Az-Zumar: 6, Ghofir: 3,
65, Az-Zkhruf: 84, Ad-Dukhon: 8, Al-Hasyr: 22, 23, At-Taghobun: 13 dan
AT-Taubah: 31, Al-Mu’minun: 116. Sebagai contoh mari kita lihat Al-Mu’minun:
116;
فتعالى الله الملك الحق لا إله إلا هو
Perhatikan
lafazh هو
. Ini adalah isim dhomir. Menurut ulama ahli nahwu setiap dhomir pasti memiliki
marji’ yang menafsiri dhomir tersebut. Untuk lebih mudahnya begini, هو artinya
adalah Dia. Dia siapa? Kita tidak tahu siapa yang dimaksud dengan dia. Kita
butuh kata yang menafsiri untuk menjawab pertanyaan itu. Kata yang menafsiri
ini lah yang dalam nahwu disebut sebagai marji’ dhomir.
Kaidah
mencari marje’ dhomir adalah pertama-tama kita harus melihat kreteria dhomir
itu. Apakah bentuknya mudzakar atau mu’anats. Kemudian kita lihat apakah dhomir
itu mufrod atau tatsniyah atau jama’? Jika kreteria dhomir sudah diketahui maka
selanjutnya kita cari lafazh sebelumnya yang terdekat yang sesuai dengan kreteria
dhomir tersebut.
Kita
kembali membahas dhomir huwa pada ayat di atas. هو adalah dhomir mufrod mudzkar. Untuk
mengetahui marji’nya, kita harus mencari lafazh sebelumnya yang sesuai dengan
kreteria tersebut. Kita harus mencari lafazh mufrod mudzakar. Lafazh yang
sesuai dengan kreteria itu dan yang terdekat adalah lafazh إله .
Jadi marji’ dhomir هو pada
ayat di atas adalah lafazh إله . Dengan demikian yang dimaksud هو (Dia) pada ayat di atas adalah إله yang
merupakan asal dari lafazh الله. Lafzah الله berasal dari إله yang mendapat tambahan ال (Al) ma’rifah sehingga menjadi الله.
Sebagian
orang sufi menggunakan dhomir itu sebagai bacaan dzikir. Mereka membaca lafazh هو karena
marji’ dhomir pada ayat di atas adalah الله . Telah maklum
bahwa marji’ dhomir itu hanya diketahui oleh hati. Jadi ketika seorang shufi
mengucapkan lafazh هو maka mersamaan dengan itu, hatinya
menyebut lafazh الله .
Namun
karena dzikir semacam itu tidak dipahami oleh public makanya shufi menyebutnya
sebagai dzikir khoso’il Khusus. Berbeda dengan kalimat thoyyibah yang dikenal
oleh orang secara umum. Makanya shufi menyebut kalimat thoyyibah sebagai dzikir
umum. Masak pembagian seperti itu disebut bid’ah yang sesat?
Telah
menjadi kebiasaan ustad wahabi, jika mereka diberitahu dalil suatu amalan yang
telah mereka klaim sebagai amalan bid’ah, maka mereka akan mengelak. Mereka
akan mencari celah untuk tetap mempertahankan klaim mereka. Dalam hal ini
kemungkinan mereka akan berkata: “Yang kami bid’ahkan bukan lafazh yang
dibaca. Melainkan bilangan bacaannya. Shufi membaca lafazh-lafazh itu hingga
mencapai jumlah yang sangat banyak. Ini yang kami nilai bid’ah dan sesat.”
Jika
kemungkinan itu terjadi maka saya jawab: Apa yang shufi lakukan itu, sesuai dengan perintah
al-Qur’an baik lafazh maupun jumlahnya. Mari kita perhatikan Al-Ahzab: 41
يأ يها الذين أمنوا اذكروا الله ذكرا كثيرا
Alloh
menyuruh kita untuk berdzikir
sebanyak-banyaknya. Berapa jumlahnya? Al-Qur’an tidak menyebutkan jumlahnya.
Al-Quran hanya memerintah orang beriman agar berdzikir sebanyak-banyaknya (كثيرا ). Lafazh
كثيرا adalah merupakan jama’ taksir. Jama’ taksir ada dua.
Jama’ qilah dan katsroh. Jama’ qilah adalah bilangan 3 ke atas sampai 10.
Sementara jama’ katsroh adalah semua bilangan di atas 10. (Syarah Al-Fiyah Bab
Jama’ Taktsir)
Lafazh
كثيرا termasuk jama’ katsroh karena mengikuti wazan فعيل . (Al-Fiyah Ibn Malik Bait ke 817). Oleh karena lafazh كثيرا
termasuk jama’ katsroh, berarti yang dimaksud banyak (كثيرا ) dalam ayat itu adalah semua bilangan di
atas 10. Dengan demikian apa yang dilakukan oleh shufi yaitu membaca dzikir
hingga mencapai jumlah yang sangat banyak telah sesuai dengan perintah
al-Qur’an. Apakah amalan yang sesuai dengan perintah Al-Quran kalian sebut sebagai
amalan bid’ah dan sesat? Jawab wahai wahabiyun!!!
Saya
teringat sebuah kisah dari salah satu murid Ibn Taimiyah bernama Umar Bin Ali
Al-Bazzar sebagaimana yang tertera dalam Manaqib Ibn Taimiyah. Al-Bzzar berkata:
“Selama di Damasykus aku selalu bersama Ibn Taimiyah siang dan malam. Ia
sering mendekatkan ku kepadanya sehingga aku duduk di sebelahnya. Pada saat itu
aku mendengar apa yang dibacanya dan yang dijadikannya sebagai dzikir. Aku
melihatnya membaca al-Fatihah, mengulang-ngulanginya dan menghabiskan seluruh
waktu dengan membacanya, yakni mengulang-ulang membaca Fatihah sejak selesai
shalat shubuh hingga matahari naik.” (Al-A’lam Al-Aliyah Fi Manaqib Ibn
Taimiyah, hlm. 37-39)
Rosululloh
SAW tidak pernah melakukan apa yang dilakukan oleh Ibn Taimiyah. Membaca
Fatihah sejak selesai shalat shubuh hingga matahari naik adalah murni bid’ah
yang diamalkan oleh Ibn Taimiyah. Apakah Ibn Taimiyah sesat? Jawab wahai
wahabiyun!!!
1 comments:
Barokah super ....kajian yg mendalam...
Post a Comment
Silahkan bertanya di kolom komentar di bawah ini