Kali
ini kita akan membahas masalah ma’rifah –teks arabnya- معرفة.
Ia bersal dari fi’il عرف . artinya mengenal (Kamus Munawir, hlm 919). Dalam kitab
mu’jam diterangkan bahwa ma’rifah adalah memahami sesuatu dengan memikirkan dan
merenungkan jejak atau pengaruh sesuatu tersebut. (Mu’jam Mufrodati Alfazhil
Quran, hlm 370)
Seperti
kita mengenal Nabi Muhammad SAW. Sekalipun kita tidak pernah melihat beliau
namun dengan memikirkan dan merenungkan sejarah beliau, kita menjadi kenal
bahwa beliau adalah manusia nomor satu sepanjang sejarah.
Setelah
saya mendengar dan membaca keterangan-keterangan seputar ma’rifah saya yakin
bahwa masalah ini –meskipun berada diluar wilayah akal- masih bisa dijelaskan
menggunakan metode pendekatan.
Seperti
bigbang. Kita tidak tahu bagaimana bigbang yang sebenarnya. Namun dengan
melakukan pendekatan kita jadi tahu gambaran tentang bigbang. Kita meyakini
kebenaran bigbang hanya dengan memahami gambaran tersebut sekalipun kita tidak
pernah melihat kejadian bigbang.
Dalam
kitab Muroqil ‘Ubudiyah dijelaskan perumpamaan syari’at, thoriqot dan hakikat. Syari’at
diumpamakan sebagai lautan. Thoriqoh diumpamakan sebagai kapal. Sedangkan hakikat
diumpamakan sebagai permata yang berada di tengah laut. Untuk mendapatkan
permata itu kita harus menggunakan kapal (thoriqoh). Dan kapal tersebut harus
berjalan di atas air atau lautan (syari’at).
Oleh
karena itu Imam Abdulloh Al-Hadad dalam kitab Al-Hikam berkta: “Engkau
mengharapkan keselamatan namun engkau tidak melalui jalannya. Mungkinkah kapal
dapat berjalan di atas daratan?”
Malaikat
jibril pernah bertanya kepada Nabi SAW tentang apa itu islam? Apa itu iman? Dan
apa itu ihsan? Dari hadits tersebut ulama memahami bahwa rukun islam ada lima. Rukun
iman ada enam. Sedangkan ahli sufi memahami ihsan sebagai ma’rifah.
Mengenai apa
itu ihsan, Nabi SAW menjelaskan:
أن تعبد الله كأنك تراه فإن لم تكن تراه فإنه يراك
(Ihsan adalah) hendaknya engkau menyembah Alloh
seakan-akan engkau melihat-Nya. Jika engkau tidak melihat Nya, maka
sesungguhnya Dia melihatmu.
Perhatikan
kalimat كأنك تراه (seakan-akan engkau melihat-Nya). Ini menunjukan bahwa kita
tidak benar-benar melihat zat Alloh. Seseorang yang menyembah Alloh akan selalu
berusaha memahami Alloh dengan cara memikirkan dan merenungkan hal-hal yang
telah diciptakan oleh Alloh. Ketika ia telah memahaminya berarti ia telah ma’rifah
(mengenal) Alloh. Jika kita telah mencapai makam ini maka seakan-akan kita
melihat Alloh.
Dalam
tasawuf, disamping diperintah menjalankan syariat, seorang murid juga
diperintah untuk memikirkan dan merenungkan hal-hal yang diciptakan oleh Alloh
agar bisa mengetahui hakikat sesuatu sehingga ia mencapai makam ma’rifah.
Imam
Abdulloh Al-Hadad telah mencapai makam tersebut. Sehingga beliau mampu memahami
bahwa segala sesuatu yang menjuwantah disemesta ini menunjukan bahwa Alloh
adalah Esa. Dalam Al-Hikam beliau berkata: “Segala sesuatu menunjukan bahwa
Alloh itu Esa.”
Siapa
saja bisa mengatakan hal itu. Namun siapapun orangnya jika ia belum mencapai
makam ma’rifah, ia tidak akan mampu memahami bagaimana segala sesuatu dapat
menunjukan bahwa Alloh itu Esa. Paham yang dimaksud disini adalah kepahaman yang
dihasilkan dari persetujuan antara akal dan hati. Akal mampu mencernanya
kemudian hati menerimanya dengan tanpa keraguan sedikitpun.
Seseorang
yang telah mencapai makam ini dan terus istiqomah menjalankan syari’at dan
thoriqoh, maka kema’rifatannya akan semakin bertambah hingga ia mencapai makam
tajala. Artinya jelas atau terang. Disebut tajala karena pemahamannya tentang
Alloh semakin terang dan jelas ketimbang sebelumnya.
Saya
belum pernah mendengar dan membaca keterangan dari kitab sufi bahwa yang
dikehendaki dengan ma’rifat adalah benar-benar melihat zat Alloh. Hanya saja
ada sebagian orang yang salah paham. Mereka menganganggap bahwa yang dimaksud
ma’rifat adalah melihat zat Alloh. namun sebenarnya tidak seperti itu. Tidak
ada satupun ucapan ahli sufi yang mengatakan bahwa ia melihat zat Alloh. Mereka
hanya mengatakan ma’rifat ilalloh, mengenal Alloh. Jika anda pernah
menemukannya maka silahkan tunjukan kepada saya, siapa yang mengatakan hal itu?
dalam kitab apa? Dan tulis teks arabnya.
0 comments:
Post a Comment
Silahkan bertanya di kolom komentar di bawah ini