Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

Wednesday, April 10, 2013

Qul Hadzihi Sabily 7 (Seputar Ma'rifat Dalam Tasawuf)


Kali ini kita akan membahas masalah ma’rifah –teks arabnya-  معرفة. Ia bersal dari fi’il عرف . artinya mengenal (Kamus Munawir, hlm 919). Dalam kitab mu’jam diterangkan bahwa ma’rifah adalah memahami sesuatu dengan memikirkan dan merenungkan jejak atau pengaruh sesuatu tersebut. (Mu’jam Mufrodati Alfazhil Quran, hlm 370)

Seperti kita mengenal Nabi Muhammad SAW. Sekalipun kita tidak pernah melihat beliau namun dengan memikirkan dan merenungkan sejarah beliau, kita menjadi kenal bahwa beliau adalah manusia nomor satu sepanjang sejarah.

Setelah saya mendengar dan membaca keterangan-keterangan seputar ma’rifah saya yakin bahwa masalah ini –meskipun berada diluar wilayah akal- masih bisa dijelaskan menggunakan metode pendekatan.

Seperti bigbang. Kita tidak tahu bagaimana bigbang yang sebenarnya. Namun dengan melakukan pendekatan kita jadi tahu gambaran tentang bigbang. Kita meyakini kebenaran bigbang hanya dengan memahami gambaran tersebut sekalipun kita tidak pernah melihat kejadian bigbang.

Dalam kitab Muroqil ‘Ubudiyah dijelaskan perumpamaan syari’at, thoriqot dan hakikat. Syari’at diumpamakan sebagai lautan. Thoriqoh diumpamakan sebagai kapal. Sedangkan hakikat diumpamakan sebagai permata yang berada di tengah laut. Untuk mendapatkan permata itu kita harus menggunakan kapal (thoriqoh). Dan kapal tersebut harus berjalan di atas air atau lautan (syari’at).

Oleh karena itu Imam Abdulloh Al-Hadad dalam kitab Al-Hikam berkta: “Engkau mengharapkan keselamatan namun engkau tidak melalui jalannya. Mungkinkah kapal dapat berjalan di atas daratan?”
Malaikat jibril pernah bertanya kepada Nabi SAW tentang apa itu islam? Apa itu iman? Dan apa itu ihsan? Dari hadits tersebut ulama memahami bahwa rukun islam ada lima. Rukun iman ada enam. Sedangkan ahli sufi memahami ihsan sebagai ma’rifah. 

Mengenai apa itu ihsan, Nabi SAW menjelaskan:
أن تعبد الله كأنك تراه فإن لم تكن تراه فإنه يراك
(Ihsan adalah) hendaknya engkau menyembah Alloh seakan-akan engkau melihat-Nya. Jika engkau tidak melihat Nya, maka sesungguhnya Dia melihatmu.

Perhatikan kalimat كأنك تراه (seakan-akan engkau melihat-Nya). Ini menunjukan bahwa kita tidak benar-benar melihat zat Alloh. Seseorang yang menyembah Alloh akan selalu berusaha memahami Alloh dengan cara memikirkan dan merenungkan hal-hal yang telah diciptakan oleh Alloh. Ketika ia telah memahaminya berarti ia telah ma’rifah (mengenal) Alloh. Jika kita telah mencapai makam ini maka seakan-akan kita melihat Alloh.

Dalam tasawuf, disamping diperintah menjalankan syariat, seorang murid juga diperintah untuk memikirkan dan merenungkan hal-hal yang diciptakan oleh Alloh agar bisa mengetahui hakikat sesuatu sehingga ia mencapai makam ma’rifah.

Imam Abdulloh Al-Hadad telah mencapai makam tersebut. Sehingga beliau mampu memahami bahwa segala sesuatu yang menjuwantah disemesta ini menunjukan bahwa Alloh adalah Esa. Dalam Al-Hikam beliau berkata: “Segala sesuatu menunjukan bahwa Alloh itu Esa.”

Siapa saja bisa mengatakan hal itu. Namun siapapun orangnya jika ia belum mencapai makam ma’rifah, ia tidak akan mampu memahami bagaimana segala sesuatu dapat menunjukan bahwa Alloh itu Esa. Paham yang dimaksud disini adalah kepahaman yang dihasilkan dari persetujuan antara akal dan hati. Akal mampu mencernanya kemudian hati menerimanya dengan tanpa keraguan sedikitpun.

Seseorang yang telah mencapai makam ini dan terus istiqomah menjalankan syari’at dan thoriqoh, maka kema’rifatannya akan semakin bertambah hingga ia mencapai makam tajala. Artinya jelas atau terang. Disebut tajala karena pemahamannya tentang Alloh semakin terang dan jelas ketimbang sebelumnya.

Saya belum pernah mendengar dan membaca keterangan dari kitab sufi bahwa yang dikehendaki dengan ma’rifat adalah benar-benar melihat zat Alloh. Hanya saja ada sebagian orang yang salah paham. Mereka menganganggap bahwa yang dimaksud ma’rifat adalah melihat zat Alloh. namun sebenarnya tidak seperti itu. Tidak ada satupun ucapan ahli sufi yang mengatakan bahwa ia melihat zat Alloh. Mereka hanya mengatakan ma’rifat ilalloh, mengenal Alloh. Jika anda pernah menemukannya maka silahkan tunjukan kepada saya, siapa yang mengatakan hal itu? dalam kitab apa? Dan tulis teks arabnya. 

0 comments:

Post a Comment

Silahkan bertanya di kolom komentar di bawah ini

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Blogger Templates