Dalam
artikelnya, Firanda membuat kesimpulan sebagai berikut: “KEEMPAT :
Diantara bukti bahwasanya dalil akal tidak bisa didahulukan di atas dalil
naqli, ternyata akal para pemuja akal saling kontradiksi. Akal para imam
Mu'tazilah –yang menolak seluruh sifat-sifat Allah- ternyata bertentangan
dengan akal para imam Asyaa'iroh –yang menetapkan sebagian sifat-sifat Allah-.”
Tanggapan:
Mengapa
anda tidak menyertakan refrensi dari kitab-kitab madzhab asy’ariyah untuk
mendukung ucapan anda tersebut, wahai firanda?!! Kebetulan, selama tiga tahun (2006-2009)
saya mengajar bidang teologi madzhab asy’ari di pondok Darut Tauhid,
Kedungsari, Purworejo, Jawatengah.
Ini, saya memiliki kitab-kitab ulama asya’iroh. Mari kita bertemu dalam satu majlis kemudian kita lihat bersama, adakah ulama asya’iroh yang lebih mendahulukan akal ketimbang nas Qur’an dan hadits? Adakah wahabi yang berani? Atau mereka ketakutan kemudian membuat alasan takut di hajar? Alasan basi yang tidak pantas dikemukakan oleh orang yang mengaku-ngaku mengikuti sunah nabi.
Ini, saya memiliki kitab-kitab ulama asya’iroh. Mari kita bertemu dalam satu majlis kemudian kita lihat bersama, adakah ulama asya’iroh yang lebih mendahulukan akal ketimbang nas Qur’an dan hadits? Adakah wahabi yang berani? Atau mereka ketakutan kemudian membuat alasan takut di hajar? Alasan basi yang tidak pantas dikemukakan oleh orang yang mengaku-ngaku mengikuti sunah nabi.
Saya
pastikan kepada anda wahai Firanda dan seluruh wahabiyun, bahwa anda tidak akan
menemukan pendapat seperti itu. Ucapan anda hanya merupakan kepahaman anda yang
cupet yang tidak mampu memahami madzhab Asy’ari. Berikut saya nukilkan pernyataan
salah satu ulama Asya’iroh, hujatul islam, Imam Ghozali.
وأهل النظر في هذا العلم يتمسكون اولا بأيات الله تعالى من
القران ثم بأخبار الرسولsثم
بالدلائل العقلية والبراهين القياسية
Artinya:
“Ahli nazhor (nalar) dalam ilmu (aqidah) ini pertama-tama berpegang dengan
ayat-ayat Alloh ta’ala, yakni Al-Qur’an kemudian dengan khobar (hadits) Rosul
SAW selajutnya dengan dalil akal dan argumentasi analog.” (Imam Ghozali,
Ar-Risalah Al-Laduniyah, hlm. 244)
Satu
hal yang tidak mampu dipahami oleh Firanda dalam masalah ini adalah alasan yang
mendasari asy’ari dan mu’tazilah dalam menggunakan akal. Firanda mengira bahwa
keduanya sama-sama menggunakan akal kemudian terjadi perbedaan pendapat.
Sehingga Firanda mengatakan: ternyata akal para pemuja akal saling
kontradiksi. Akal para imam Mu'tazilah –yang menolak seluruh sifat-sifat Allah-
ternyata bertentangan dengan akal para imam Asyaa'iroh –yang menetapkan
sebagian sifat-sifat Allah-.”
Maka
dari itu, saya akan menjelaskan masalah ini. Pertama, madzhab
asy’ari meyakini bahwa Alloh memiliki sifat sebagaimana yang tertera dalam
Al-Quran dan Hadits sementara mu’tazilah sama sekali tidak mempercayai
sifat-sifat tersebut. Kedua, dalam memahami ayat atau riwayat
tentang sifat Alloh, madzhab asy’ari memiliki dua metode, yaitu tafwidh dan
ta’wil. Kedua metode ini merupakan metode ulama salaf yang sholih sebagaimana
yang saya jelaskan dalam artikel berjudul Mafahim
Yang Harus Di Luruskan IV
Metode
ta’wil dengan menggunakan akal dalam madzhab asy’ari adalah untuk menandingi
mu’tazilah dan pemikir filosof yunani. Ulama Asya’iroh menggunakan akal karena
yang mereka hadapi adalah aliran yang lebih mendahulukan akal ketimbang nas.
Seandainya mu’tazilah tidak menggunakan dalil aqli untuk menolak sifat Alloh,
niscaya asya’iroh tidak akan menggunakan dalil aqli untuk membuktikan kebenaran
sifat Alloh. Niscaya mereka lebih memilih metode tafwidh. Inilah yang dalam
madzhab asy’ari disebut, “Terpaksa Menggunakan Akal.”
Mereka
terpaksa menggunakan akal untuk menta’wil ayat dan riwayat tentang sifat yang
secara literal serupa dengan mahluk. Tujuannya adalah untuk membantah
mu’tazilah. Oleh karena tujuan penggunaan akal adalah untuk membuktikan
kebenaran adanya sifat-sifat Alloh, sudah barang tentu pendapat Asya’iroh bertentangan
dengan mu’tazilah yang dalam penggunaan akal bertujuan untuk mengingkari
sifat-sifat Alloh.
Pertentangan
antara pendapat ulama asy’ari dan mu’tazilah ini adalah bukti bahwa asya’iari
berjuang menggunakan akal untuk membela Aqidah ahlu sunah waljama’ah yang
berdiri di atas dalil Al-Qur’an dan Hadits. Bukan karena keduanya sama-sama
mengagungkan akal kemudian terjadi perbedaan pendapat sebagaimana anggapan
Firanda.
Berikut
saya nukilkan komentar Ibn Subuki dalam Syarah Aqidah Ibn Hajib mengenai
madzhab asy’ari. Kata beliau:
اعلم أن أهل السنة والجماعة كلهم قد اتفقوا علي معتقد واحد
فيما يجب ويجوز ويستحيل وإن اختلفوا في الطرق والمبادئ الموصلة لذلك . و بالجملة
فهم بالإستقراء ثلاث طوائف
الأولى : أهل الحديث. ومعتقد مباديهم الأدلة السمعية الكتاب
والسنة والإجماع
الثانية : أهل النظر العقلي وهم الأشعرية والحنفية
الماتريدية .
الثالثة : أهل الوجدان والكشف وهم الصوفية .
Artinya:
“Ketahuilah
bahwa ahlu sunah waljama’ah, semuanya sepakat dalam sifat yang wajib (bagi
Alloh) sifat jaiz dan sifat muhal, meskipun mereka berbeda dalam metode dan mabadi
yang mengantarkan kepada kesepakatan tersebut. Secara global, menurut
penelitian, mereka terdiri dari tiga golongan: Pertama, ahli hadits. Kedua,
Ahli berfikir secara akal. Mereka adalah Asy’ariyah dan Hanafiyah
Al-Maturidiyah. Ketiga, Ahlul wujdan dan Kasyaf. Mereka adalah
orang-orang sufi” (Yusuf Abdur
Rozaq, dalam ta’liqnya atas kitab Isyarotul Marom, hlm. 298, cet. Musthofa
Halaby)
Pernyataan
serupa juga disampaikan oleh salah satu ulama hanbali, yakni Imam Muhammad Bin
Ahmad As-safarini Al-hanbali. Kata beliau:
أهل السنة والجماعة ثلاث فرق : الأثرية وإمامهم أحمد بن
حنبل . والأشعرية وإمامهم أبو الحسن الأشعرى . والماتريدىةلاوإمامهم أبو
منصور الماتريدي .
Artinya:
“Ahlu sunah waljama’ah adalah tiga golongan, yaitu (1) Al-atsariyah. Imam
mereka adalah Ahmad Bin Hanbal. (2) Asy’ariyah. Imam mereka adalah Abu Hasan
Al-Asy’ari. (3) Maturidiyah. Imam mereka adalah Abu Manshur Al-Maturidi.” (Lawami’ul
Anwar Al-Bahiyah Wa Sawathi’ul Asror Al-Atsariyah, hlm 73)
Itulah
pernyataan Ibn Subuki dan Imam As-safarini mengenai Madzhab Asy’ari. Keduanya menyatakan
bahwa madzhab Asy’ari adalah termasuk ahlu sunah waljama’ah. Pertanyaannya: Adakah
ulama yang menyatakan bahwa WAHABI YANG DIDIRIKAN OLEH MUHAMMAD BIN ABDUL WAHAB,
ATAU WAHABI YANG TAQLID BUTA TERHADAP IBN TAIMIYAH, TERMASUK AHLU SUNAH WAL JAMA’AH?
Jawab wahai wahabiyun!!!
1 comments:
Blog nya penyembah kubur yg kebakaran jenggot kamu ya? Wkwkwkwkwkwkwk
KAsiaaaaannnn.....
Post a Comment
Silahkan bertanya di kolom komentar di bawah ini