Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

Friday, April 26, 2013

Kerancuan Manhaj Wahabi I


Artikel ini sengaja saya beri judul “Kerancuan Manhaj Wahabi”, karena selama menulis artikel untuk menjawab tuduhan-tudahan wahabi terhadap asya’iroh, saya menemukan beberapa indikasi bahwa wahabi sebenarnya tidak tahu secara pasti alasan mengapa mereka harus memberi label sesat terhadap madzhab asy’ari? Mereka hanya bertaqlid buta terhadap ulama dan ustad wahabi yang sebenarnya tidak memahami ajaran asya’iroh dengan benar.

Padahal bertaqlid buta, menurut Mahrus Ali yang bertaqlid pada Utsaimin adalah merupakan kebiasaan yahudi dan nasrani. Jadi, wahabi melarang orang lain bertaqlid namun mereka sendiri bertaqlid. Ini kerancuan pertama manhaj wahabi.

Oleh karena itu setiap hal yang dituduhkan oleh wahabi terhadap asya’iroh, sama sekali bukan ajaran asya’iroh. Melainkan hanya pemikiran wahabi yang disematkan kepada asya’iroh. Sebagai contoh adalah tuduhan wahabi seputar masalah Zat, sifat dan af’al Alloh serta posisi akal.

Dalam masalah Zat, wahabi menuduh asy’ari menyerupakan Zat Alloh dengan mahluk-Nya. Dalam masalah sifat, wahabi menuduh asy’ari menafikan sifat-sifat Alloh. Dalam masalah af’al, wahabi menuduh asy’ari berpendapat bahwa Alloh sama sekali tidak turut campur atas perbuatan manusia. Dalam masalah akal, wahabi menuduh asy’ari memosisikan akal di atas nas quran dan hadits.

Menanggapi semua tuduhan itu, saya katakan: “Allohumma subhanak! Hadza buhtan  ‘azhim.” (Maha Suci Engkau ya Alloh! Ini adalah kedustaan yang sangat besar).Semua itu bukan ajaran asya’iroh. Melainkan hanya hasil pemikiran wahabi yang rancu yang kemudian disematkan kepada asya’iroh sebagaimana yang telah saya jelaskan dalam artikel berjudul “Mafahim Yang Harus Di Luruskan

Ada kaidah fiqih yang berbunyi الحكم مع علته (Hukum bersama alasannya). Alasan wahabi menyebut asya’iroh sebagai aliran bid’ah dan sesat telah kita bantah. Seharusnya mereka menarik kembali klaim mereka kemudian meminta maaf kepada asya’iroh karena telah menuduh mereka sebagai aliran yang bid’ah dan sesat.

Namun karena tujuan wahabi bukan mencari kebenaran maka meskipun alasan mereka telah dibantah, mereka tetap saja mencari celah untuk menyalahkan asya’iroh dengan mengangkat alasan lain. Sebagai contoh adalah penggunaan akal. Menurut wahabi –sebagaimana yang dikatakan oleh Firanda- Asya’iroh menjadikan akal sebagai dasar agama. Padahal dalam beragama harus berdasarkan Al-Qur’an dan Hadits. Akal sama sekali tidak boleh turut campur.

Melihat alasan tersebut, maka kita jelaskan kepada wahabi bahwa Asya’iroh menjadikan Al-Quran dan Hadits sebagai dasar agama. Mereka tidak menjadikan akal sebagai dasar agama. Penggunaan akal dalam madzhab asy’ari adalah untuk memahami dalil Qur’an dan Hadits. Hal ini mereka lakukan karena Al-Quran sendiri memerintah kita untuk menggunakan akal dalam memahami Al-Qur’an. Dengan kata lain, penggunaan akal untuk memahami Al-Qur’an adalah merupakan bentuk pengamalan terhadap al-Qur’an itu sendiri sebagaimana yang saya jelaskan dalam artikel berjudul “Mafahim Yang Harus Di Luruskan II Seputar Akal.

Saya teringat sebuah lagu dangdut yang saya dengar waktu saya masih kecil. Kira-kira waktu itu saya baru berusia 7 tahun. Kalau tidak salah ingat, lagu itu dinyanyikan oleh Megi. Z. Bunyinya begini: “Terlanjur basah, ya sudah mandi sekali.” Bisa jadi, wahabi menjadikan cuplikan lagu tersebut sebagai dasar agama. Mereka sudah terlanjur menyalahkan asya’iroh, maka meskipun alasan-alasan mereka telah dibantah, tetap saja mereka menyalahkan Asya’iroh.

Mereka terus mencari celah untuk dijadikan sebagai alasan. Seperti masalah ta’wil yang merupakan salah satu metode Asya’iroh ketika menghadapi ayat atau riwayat tentang sifat Alloh yang secara literal serupa dengan mahluk. Wahabi menyebut ta’wil sebagai tahrif atau distorsi kemudian mereka menyamakan Asya’iroh dengan yahudi dan nasrani yang melakukan tahrif.

Kita jelaskan kepada wahabi, bahwa yahudi dan nasrani memang melakukan tahrif. Ini terjadi karena mereka tidak mau melakukan ta’wil terhadap teks taurot dan injil yang secara literal menyerupakan Alloh dengan mahluk sebagaimana yang dijelaskan oleh Ibn Qutaibah dalam kitab Ta’wilu Musykilatil qur’an. Semua itu terjadi karena mereka tidak mau melakukan ta’wil.

Ulama salaf yang sholih sangat memahami hal ini. Sehingga sebagian mereka ada yang melakukan ta’wil dan sebagian yang lain menggunakan metode tafwidh. Metode tafwidh dan ta’wil inilah yang digunakan oleh madzhab asy’ari dalam menghadapai ayat atau riwayat tentang sifat Alloh yang secara zhohir serupa dengan mahluk.

Ini menjadi alasan mengapa Al-Hafizh Badruddin Az-Zarkasyi dan Asy-syaukani mengatakan bahwa ahlul hak adalah mereka yang menggunakan metode tafwidh dan ta’wil. Aliran yang tidak mau menggunakan dua metode tersebut adalah aliran bathil sebagaimana yang saya jelaskan dalam artikel berjudul berjudul Mafahim Yang Harus Di Luruskan IV 

Meskipun telah jelas bahwa mereka yang tidak mau menggunakan metode tafwidh dan ta’wil adalah aliran bathil, akan tetapi wahabi tetap nekat dan bersikukuh dalam kebathilan. Wahabi menganggap apa yang mereka lakukan sebagai keteguhan di atas sunah. Kelakuan wahabi ini persis seperti yang disinggung oleh Al-Quran surat Al-Kahfi: 104,
الذين ضل سعيهم في الحياة الدنيا وهم يحسبون أنهم يحسنون صنعا

Artinya: (Yaitu) orang-orang yang sesat perbuatannya dalam kehidupan dunia sedangkan mereka menyangka bahwa mereka berbuat sebaik-baiknya.”

Semua itu terjadi karena mereka tuli, bisu dan buta sebagaimana yang disinggung dalam Al-Baqoroh:  18,
صم بكم عمى فهم لا يرجعون
Artinya: “Mereka tuli, bisu, dan buta, amak mereka tidak akan kembali (kejalan yang benar)”

Ada yang menarik dari ajaran wahabi yang patut diperhatikan oleh umat islam, yaitu ketika mereka mengambil kesimpulan atas pendapat madzhab asya’iroh bahwa Alloh tidak memiliki tempat. Menurut wahabi jika Alloh tidak memiliki tempat berarti Alloh tidak ada dimana-mana. Hal ini disampaikan oleh seorang member wahabi berakun Dani IskadarKatanya: 
“qosim@ salah satu bukti aqidah aswaja menolak sifat2 ALLAH mereka mengatakan ALLAH ADA TANPA TEMPAT atau dengan kata lain ALLAH TIDAK DI MANA-MANA. padahal begitu jelas ALLAH berfirman ARROHMAAN 'ALAL 'ARSY ISTAWA.” 

Berikut sceer shotnya:

Kita jelaskan kepada wahabi bahwa Alloh tidak memiliki tempat, bukan berarti Alloh tidak ada dimana-mana. Melainkan karena Alloh tidak membutuhkan tempat. Sebab Alloh ada dimana-mana. Jika Alloh berada disuatu tempat berarti Alloh tidak ada dimana-mana. Melainkan hanya ditempat itu.

Pendapat bahwa Alloh ada tanpa tempat, sebenarnya adalah pendapat Imam Aly KW sebagaimana yang tertera dalam kitab Al-Farqu Bainalfiroq, hlm 333.  Kata beliau:
كان الله ولا مكان وهو الأن علي ما عليه كان

Selanjutnya ulama salaf mengikuti pendapat tersebut. Demikian juga ulama asya’iroh. Mereka semua berpendapat bahwa Alloh ada tanpa tempat sebagaimana yang saya jelaskan dalam artikel berjudul “Dialog Aswaja VS Wahabi (Makna Istawa)

Wahabi yang selalu ngaku-ngaku sebagai pengikut salaf ternyata tidak mau menerima fakta tersebut. Mereka tidak mau mengikuti pendapat ulama salaf. Sebaliknya, mereka malah menyalahkan pendapat ulama salaf dan mengatakan bahwa Alloh istiqror (Menetap) di atas Arsy. Wahabi memaknai lafazh istawa dalam surat Thoha : 5 sebagai istiqror (menetap).

Hal ini sebagaimana disampaikan oleh salah satu member wahabi berakun Dani Iskadar. Katanya: “siapa yang mengartikan istiwa dengan duduk. Dan siapa yang mengatakan ALLAH butuh tempat duduk. Istiwa adalah istiqror. ALLAH berada di atas 'arsy-Nya dan hanya ALLAH. yang mengetahui kaifiyah-Nya.”

Berikut screen shotnya:

Kami, -para laskar aswaja- tidak mempermasalahkan kaifiyah istawa. Yang kami persoalkan adalah pendapat wahabi bahwa makna Istawa adalah istiqror. Alloh Istawa/Istiqror (menetap) di atas arsy. Pertanyaannya: Siapa nama ulama salaf dari kurun sahabat, tabi’in dan tabit tabi’in yang mengatakan bahwa istawa bermakna istiqror?


0 comments:

Post a Comment

Silahkan bertanya di kolom komentar di bawah ini

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Blogger Templates