Saya
hanya santri. Saya bukan ulama apalagi mujtahid. Saya berusaha memosisikan diri
sesuai dengan kemampuan saya. Oleh karena saya tidak mampu berijtihad, maka
saya bertaqlid. Dalam masalah pembagian bid’ah, saya bertaqlid kepada
ulama mujtahid yang membagi bid’ah. Sebagai contoh adalah Imam Syafi’i. Beliau
membagi bid’ah menjadi dua. Maka dari itu saya juga setuju dengan
pembagian bid’ah.
Akan
tetapi, wahabi yang memang tercipta untuk membuat kericuhan, menyalahkan orang
yang bertaqlid. Sehingga mereka menyalahkan pembagian bid’ah. Menurut
mereka bid’ah tidak boleh dibagi. Sebab Rosululloh SAW tidak pernah
membagi bid’ah. Menurut wahabi, orang yang membagi bid’ah adalah
ahli bid’ah yang mempertahankan kebid’ahannya. Hal ini
disampaikan oleh hampir semua pengikut manhaj wahabi. Salah satunya adalah Yasmin
Al Madhi Al-wahabiyah.
Katanya: “Tidak
ada bid’ah yang di bagi-bagi. Bid’ah adalah dollallah. Yang
berbagi bid’ah adalah ahlil bid’ah yang memang sengaja mempertahankan
kebid’ahannya. Rosullollah tidak pernah membagi-bagi bid’ah atau
mengatakan bid’ah hasan. Hanya orang-orang yang jahil saja yang muter-muter
untuk melinter hadist dan mereka-reka”.
Berikut
screen shotnya:
Jika kurang jelas, klik screen shotnya |
Jadi
Yasmin Al Madhi Al-wahabiyah melarang pembagian bid’ah. Maka tema artikel ini adalah tentang Pembagian
Bid’ah. Untuk mempermudah dalam memahami, kita buat satu pertanyaan,
bolehkah bid’ah dibagi?
Beberapa
hari kemudian Yasmin Al Madhi Al-wahabiyah menukil kalam
Imam Syafi’I yang membagi bid’ah menjadi dua tanpa mengkritik pembagian
tersebut. Ini menunjukan bahwa Wahabi setuju dengan pembagian bid’ah.
Berikut
screen shotnya:
Jika kurang jelas, klik screen shotnya |
Kita
bertanya-tanya, sebenarnya bid’ah boleh dibagi ataukah tidak?
Ternyata,
ulama wahabi yang bernama Utsaimin melakukan pembagian bid’ah. Katanya:
الأصل في أمور الدنيا الحل فما أبتدع منها فهو حلال إلا أن
يدل الدليل علي تحريمه لكن أمور الدين الأصل فيها الحظر فما أبتدع منها فهو حرام
بدعة إلا بدليل من الكتاب والسنة علي مشروعيته (العثيمين شرح العقيدة الواسطية ص
639-640 )
“Hukum
asal perbuatan baru dalam urusan-urusan dunia (Bid’ah dunia-red) adalah halal. Jadi
bid’ah dalam urusan-urusan dunia itu halal kecuali ada dalil yang menunjukan
keharamannya. Tetapi hukum asal perbuatan baru dalam urusan agama (Bid’ah
agama-red) adalah dilarang. Jadi berbuat bid’ah dalam urusan agama adalah
haram dan bid’ah kecualai ada dalil dari al-Kitab dan as-sunah yang menunjukan
disyari’atkannya.”
Perhatikan
kalimat “Jadi, bid’ah dalam urusan-urusan dunia”. Kalimat ini menunjukan
bid’ah dunia. Selanjutnya perhatikan kalimat “Jadi, berbuat bid’ah
dalam urusan agama”. Kalimat ini menunjukan bid’ah agama. Dapat
dipahami bahwa Utsaimin juga membagi bid’ah.
Kesimpulannya
bid’ah boleh dibagi. Imam Syafi’I membagi bid’ah menjadi dua, bid’ah
mahmudah dan bid’ah madzmumah. Ulama wahabi (Utsaimin-red) juga membagi bid’ah
menjadi dua, bid’ah agama dan bid’ah dunia.
Jadi
siapa yang salah? Ulama wahabi –Utsaimin- yang membagi bid’ah? ataukah member
wahabi –Yasmin Al Madhi Al-wahabiyah- yang melarang
membagi bid’ah? Jawab wahai wahabiyun!!!
3 comments:
ustad nggolek surga, siapa bilang ahlu ssunnah tidak membagi bidah.???
Kta tidak membagi bidah dlam ushul din yg sudah lengkap.. Sbgaimna dlam firman Alloh. "alyauma akmaltu lakum dienakum...
Klo dlam urusan dunia itu laen lgi...
Antum a'lamu bi umuuri dunyaakum..
Jdi perlu di ingat penpmbagiannya hanya dlam konteks nau' saja.
Klo aswaja mereka membagi dlam usuluddin. Bidah hasanah dan sayyiah.. Padahal yg namanya bidah sayyiah smua..
Walllohua'lam.
Kta tidak membagi bidah dlam ushul din yg sudah lengkap.
=============
kalo begitu mengapa wahabi membuat bid'ah tentang pembagian tauhid jd tiga?
Klo aswaja mereka membagi dlam usuluddin. Bidah hasanah dan sayyiah.
================
Kalo mau nyebar fitnah kira2 mas... :D
Post a Comment
Silahkan bertanya di kolom komentar di bawah ini